Mengungkap Kecantikan "Motif Sulam Usus" dalam Kerajinan Tangan dan DIY
Berdayakan perempuan di Lampung
IDN Times/Silviana
Selama menekuni bisnisnya Rahayu mengatakan, banyak dibantu karyawannya yang sudah ia latih secara perlahan untuk menyulam.
"Saya kan dari kampung, jadi saya cari perempuan di sana saya ajak buat bikin kerajinan ini. Saya ajari mereka bahkan saya bawa mereka melihat dunia luar," ungkapnya.
Bahkan saat ini Rahayu dipercaya oleh Wali Kota Bandar Lampung, Eva Dwiana untuk mengajari 50 perempuan di setiap kecamatan di Kota Bandar Lampung.
"Ada 20 kecamatan dan ini baru mulai satu kecamatan. Dari pada kalau ngumpul cuma ngomongin orang kan mending belajar buat kerajinan ini," pungkasnya.
Intip Pembuatan Sulam Usus Khas Lampung, Terkenal hingga Mancanegara
IDN Times/Silviana
Bandar Lampung, IDN Times - Lampung memiliki beragam kerajinan tangan menarik dan memiliki nilai jual tinggi. Salah satunya adalah sulam usus berasal dari Kabupaten Tulang Bawang.
Menurut salah satu pemilik galery sulam usus Lampung, Siti Rahayu, kerajinan sulam usus menjadi aset berharga memperkenalkan Provinsi Lampung ke luar daerah bahkan negara tetangga.
Sejak 1998, pemilik Rahayu Gallery di Jalan Soekarno Hatta Nomor 3, Bandar Lampung ini sudah puluhan kali melakukan pameran di seluruh Indonesia dan beberapa negara tetangga.
"Tahun 2005 saya sudah pameran di Timur Tengah, Brunai, Singapore dan Batam puluhan kali. Ke Malaysia beberapa kali. Lumayan orang langsung beli," ceritanya kepada IDN Times, Sabtu (22/5/2021).
Menurutnya antusias masyarakat di luar negeri cukup tinggi saat melihat kerajinan tangan sulam usus. Mereka terlihat keheranan dan langsung mencoba serta membelinya.
Lalu seperti apa ya proses pembuatan sulam usus sendiri? Simak selengkapnya di bawah ini.
Sulam Maduaro
Hasil teknik sulam maduaro. (Pemkab Tulang Bawang).
Sulam maduaro merupakan teknik sulaman kain asal Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Hasil sulaman ini diimplementasikan di atas kain ini berupa selendang, yang peruntukkan penutup bagi kaum perempuan Menggala.
Namun saat ini, sulam maduaro sudah dibuat motifnya pada baju gamis, kopiah, baju koko, kaligrafi, serta sebagai upaya pelestarian motif kainnya. Sulaman maduaro pada kain juga biasa digunakan dalam upacara sakral, semisal upacara adat Menggala.
Sulaman maduaro pernah menjadi satu dari lima kabupaten/kota dan provinsi se-Indonesia pernah mendapatkan penghargaan Dekranas Award 2013, dalam kategori kriya tekstil, di Jakarta Convention Center (JCC) 2013 silam.
Sulam jelujur
Sulam jelujur, Pesawaran Lampung (Instagram.com/sakura_art)
Sulam jelujur ialah teknik sulaman pada kain tenunan khas Kabupaten Pesawaran. Sulaiman ini memiliki bagian dari sebuah peristiwa sejarah transmigrasi pertama di Indonesia pada 1905 di kabupaten memiliki motto Andan Jejama.
Kain tenun hasil teknik sulam jelujur mempunyai membentuk keragaman motif dan gambaran peristiwa yang terjadi pada sejarah transmigrasi kala itu. Berjalannya waktu, teknik sulam jelujur kini mampu menghasilkan beragama produk fashion, hingga pajangan keperluan interior.
Perlu kamu ketahui juga, kerajinan hasil teknik sulam jelujur pernah tampil New York Indonesia Fashion Week mampu menarik banyak perhatian publik pada Februari 2023 kemarin.
Kain Tapis
Wastra cantik ini dikenal dengan nama kain sulam Tapis Lampung. Selain kekayaan berupa sulaman buatan tangan dari benang emas, kain ini juga memiliki ragam hias dan motif yang sangat menarik dan berkarakter.
Tapis atau dikenal juga dengan nama cucuk adalah busana wanita berbentuk kain sarung. Kain ini terbuat dari hasil tenun benang kapas beragam motif seperti alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan perak. Wastra khas Lampung ini sangat lekat dengan bahan-bahan alami yang diolah sendiri oleh para perajin.
Pengolahannya menggunakan sistem ikat, dan membutuhkan banyak bahan baku yang keseluruhannya diolah dari alam. Sebut saja misalnya, benang sulam tapis terbuat dari kapas. Sarang lebah digunakan untuk merenggangkan benang. Sedang sekar serai wangi sebagai pengawet benangnya.
Soal warna pun, kain tapis Lampung juga menggunakan bahan alami. Untuk menjaga warna kain agar tidak luntur, pada awalnya menggunakan daun sirih. Untuk mewarnai kain juga memanfaatkan material alam, misalnya buah pinang muda, daun pacar, dan kulit kayu kejal digunakan sebagai pewarna merah. Kulit kayu salam dan kulit kayu rambutan sebagai pewarna hitam. Kulit kayu mahoni atau kulit kayu durian untu pewarna cokelat. Buah deduku atau daun talom untuk pewarna biru, kunyit dan kapur sirih untuk pewarna kuning.
Kini, seiring berkembangnya jaman bahan baku kain tapis dari alam sudah jarang digunakan lagi. Namun, saat ini ada bahan-bahan lain yang mudah dijumpai di pasaran sebagai pengganti untuk dapat dipakai memproduksi kain tapis dalam jumlah yang lebih banyak.
Tags: sulam motif usus
