Makna dan Kecantikan Motif Sulaman Benang Emas dalam Seni Kerajinan Menjahit
Sejarah [ sunting | sunting sumber ]
Pada awalnya, selendang bersulam Koto Gadang hanya dipakai oleh orang Koto Gadang dan tabu apabila dipakai oleh orang di luar Koto Gadang. Bahkan, keterampilan menyulam tidak diajarkan kepada orang yang bukan asli Koto Gadang. Sulaman Koto Gadang mulai terkenal sejak berdirinya Kerajinan Amai Setia pada 1911. Didirikan oleh Roehana Koeddoes, sekolah tersebut mengajarkan berrnacam-macam keterampilan rumah tangga untuk perempuan, termasuk menyulam, baik untuk perempuan Koto Gadang maupun dari luar Koto Gadang. Lama kelamaan, selendang bersulam Koto Gadang dikenal oleh orang dan bahkan banyak pesanan akan selendang tersebut. Salah seorang rekan Roehana yang seorang saudagar, Hadisah memasarkan hasil sulaman Koto Gadang ke istri pejabat-pejabat Belanda untuk dipakai atau dikirimkan ke kolega mereka di luar Minangkabau, yakni Eropa. [13] [2] Sementara itu, rekan Roehana yang lain, Rukbeny memperkenalkan selendang bersulam Koto Gadang ke luar daerah Sumatera Barat. [14]
Sejak Kerajinan Amai Setia berdiri, kegiatan menyulam menjadi pekeijaan yang digemari perempuan Koto Gadang. Selain dapat menghasilkan uang, pekerjaan menyulam bagi perempuan dianggap sebagai pekerjaan yang mulia. [13] Perempuan dapat bekerja di dalam rumah sambil mengurus keluarga. Saat ini, sulaman Koto Gadang menjadi produk yang diincar perempuan Paris dan Belanda. Meski tak seperti abad ke-19, perempuan Koto Gadang masih menghasilkan kain bersulam aneka motif dan cara pengerjaan. [2]
Penyebutan sulaman kadang disamakan dengan bordir karena memiliki persamaan. Perbedaannya terletak pada hasil dan cara pengerjaannya. Menurut Ernatip, peneliti Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Padang, penyebutan bordir di Minangkabau identik dengan sebuah kain yang memiliki hiasan yang dibuat oleh teknologi mesin, sedangkan apabila hiasan dikerjakan dengan keterampilan tangan rnaka lebih dikenal dengan sebutan sulaman. [13] Baik sulaman maupun bordir masih tetap eksis dalam masyarakat Minangkabau sebagai salah satu warisan masa lampau. [7]
Teknik sulaman [ sunting | sunting sumber ]
Adapun kapalo samek adalah teknik sulaman yang terbentuk dari bulatan-bulatan kecil pada kain. Proses pembuatannya yakni benang dililitkan pada jarum baru ditusukan pada kain sehingga benang lilitan itu timbul pada kain. Biasanya, bagian pinggir bunga dijahitkan benang emas, agar bentuk bunganya lebih nyata. [5]
Berhubung proses pembuatan sulaman baik suji caia maupun kapalo samek berlangsung dalam waktu lama, selama rentang waktu pengerjaankain bahan tetap dibiarkan pada pamedangan. Oleh sebab itu, agar kain bahan tidak kena debu atau kotoran lain, maka ditutup dengan plastik. Plastik hanya dibuka ketika menyulam dan itu hanya pooa bagian yang sedang dikerjakan, sedangkan yang lainnya tetap tertutup plastik. [5]
PERUBAHAN DESAIN MOTIF SULAMAN BENANG EMAS PADA BUSANA PENGANTIN WANITA DI SUNGAYANG KABUPATEN TANAH DATAR
Yuliarma Yuliarma, Universitas Negeri Padang
Yolanda Putri Arvany, Universitas Negeri Padang
10.21831/hej.v7i1.59408
Abstract
Abstrak: Fenomena yang terjadi dalam dunia fashion adalah perubahan ragam hias sulaman benang emas, khususnya pada busana pengantin wanita di Sungayang. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan bentuk motif, pola hias dan tata letak sulaman benang emas pada baju pengantin wanita. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan sumber data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah reduksi data dari narasumber, bahan pustaka, buku, literatur, dan sebagainya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) ditemukan motif kaluak paku,burung hong dan bunga karang pada baju pegantin. 2) ditemukan pola hias pinggiran, pola hias tabur, pola hias mengisi bidang dan pola serak. 3) ditemukan penempatan motif pada bagian leher, bagian bawah baju, bagian dada dan ujung lengan.
Full Text:
References
Arifovna, K. N., & Ilhomovna, I. S. (2019). Characteristics of uzbek embroidery. European Journal of Research and Reflection in Educational Sciences, 2019.
Doble, L., Stan, O., Suteu, M. D., Albu, A., Bohm, G., Tsatsarou-Michalaki, A., & Gialinou, E. (2017, October). Romanian traditional motif-element of modernity in clothing. In IOP Conference Series: Materials Science and Engineering (Vol. 254, No. 17, p. 172009). IOP Publishing.
GÖKSEL, N., & Kutlu, N. (2016). Decorative elements in turkish garment culture from past to future: art of embroidery. Tekstil Ve Mühendis, 23(103), 231-236.
Dangkua, S. (2015). Penciptaan desain ragam hias kreatif khas Gorontalo untuk produk fashion. Penelitian Dana PNBP, 2(1045).
Tags: benang sulam motif