Seni dan Keindahan Patung Tenun Klaten dalam Kerajinan Rajut dan Kerajinan DIY
Kerajinan payung hias di desa Juwiring
Pada masa-masa awal pembuatan, payung Juwiring seringkali berwarna gelap, seperti cokelat, hitam, dan merah marun. Saat itu, orang memilih payung plastik karena bahannya yang awet dan warna yang beragam serta harganya yang relatif murah.
Sama seperti Wayang Golek, wayang Klithik juga terbuat dari kayu. Bedanya, wayang klithik tidak berbentuk tiga dimensi, melainkan berbentuk pipih seperti wayang kulit. Untuk membuat Wayang Klithik, pengrajin menggunakan kayu sengon karena sangat empuk dan mudah diukir.
Itulah lima kerajinan unik yang sebaiknya kamu beli saat berkunjung ke Klaten. Siapa bilang Klaten hanya ada pemandian mata air saja? Hanya #DiIndonesiaAja kamu bisa temukan kerajinan-kerajinan unik seperti ini. Namun ingat untuk selalu mematuhi protokol kesehatan saat sedang bepergian ya.

Sejarah perkembangan lurik di Pedan
Cerita tentang sejarah hadirnya tenun lurik pun ia ceritakan runtun. Bermula pada 1938, tersebutlah seorang pengusaha asal Pedan bernama Suhardi Hadisumarto yang berkesempatan mendulang ilmu menenun di sekolah Textiel Inrichting Bandoeng (TIB). Sepulang dari TIB, Suhardi mengajak keluarganya untuk membangun rumah usaha tenun lurik di Pedan.
Bisnis tenun yang dirintisnya menjadi perusahaan yang terkenal dengan omzet yang luar biasa. Namun nahasnya, pada 1948 terjadi agresi militer oleh Belanda yang menyebabkan bisnis tenun Pedan ikut terkena dampaknya. Pada masa itu, Bung Karno dan Bung Hatta pun sempat ditangkap Belanda. Gejolak Agresi Militer II ini kemudian membuat Suhardi harus menutup bisnis tenunnya dan hidup jauh di pengungsian.
Sementara itu, saat terjadi pengungsian besar-besaran pada 1950, masyarakat yang tergabung dalam BKR (Badan Keamanan Rakyat) melakukan perlawanan terhadap Belanda lewat gencatan senjata. Bukti yang tersisa adalah pabrik gula di Pedan milik SG (Sunan Ground) Solo yang ikut terbakar. Meski pada akhirnya, BKR berhasil melucuti senjata dan mengusir tentara Belanda dari Pedan.
Bisa jadi, Suhardi nelangsa merindukan aktivitas menenunnya. Selama dalam pengungsian, Suhardi menyempatkan diri berbagi pengalaman dan mengajarkan pembuatan tenun lurik untuk masyarakat pengungsi.
Bisnis lurik semakin laris dan dilirik banyak daerah. Dalam misi menyejahterakan masyarakat Pedan, pada 1952 didirikanlah koperasi primer PPT (Pengusaha Perusahaan Tenun). Orde lama pernah bersabda, ‘berdikari berpijak di kaki sendiri, tidak bergantung dari luar’. Benteng-benteng koperasi pun mulai berdiri. Seperti G.K.B.J (Gabungan Koperasi Batik Indonesia) maupun Kopteksi (Koperasi Tekstil Seluruh Indonesia), yang berlandaskan koperasi kerakyatan.
Keberadaan koperasi ini sangat mendukung dalam usaha industri tenun lurik di Pedan. Keperluan seperti bahan dasar tenun yang berupa benang dan pewarna dikoordinir oleh koperasi sehingga pengadaan bahan tenun tidak sembarang tempat dan harga pasar tidak dipermainkan tengkulak. Itulah sebabnya, Bapak Koperasi disematkan atas kebaikan Bung Hatta yang menaruh rasa peduli pada rakyat kecil melalui pendirian koperasi di Indonesia.

Tags: tenun