Seni dan Kesabaran - Proses Pembuatan Kain Tenun Secara Tradisional
Upaya menjaga kelestarian nilai kain tenun ikat Sumba
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menjaga kelestarian tenun adat ini dilakukan oleh Yayasan Sekar Kawung. Tujuan utama yayasan ini adalah untuk menguatkan akar budaya tekstil di Desa Lambanapu dan Desa Mauliru di Sumba Timur, merestorasi lingkungan hidup dengan tanaman-tanaman serat dan pewarna alam, serta membangun fondasi ekonomi berkelanjutan di desa-desa itu dengan menjadikan budaya tenun sebagai poros utamanya.
''Mahalnya tenun ikat Sumba selain dinilai dari pemrosesan yang cukup lama, juga terkait soal nilai dan budaya leluhur tenun ikat itu sendiri. Memang, harganya mahal, tapi kain tenun ikat Sumba nyatanya punya pasar tersendiri,'' jelas Chandra Kirana, Ketua Yayasan Sekar Kawung, dalam diskusi online ''Merawat Alam, Merawat Warisan'', Selasa (22/9/2020).
Ia menjelaskan, di Desa Lambanapu terdapat banyak sekali tanaman kapas yang merupakan bahan dasar kain. Masyarakat yang bekerja sebagai penenun, menggunakan kapas yang akan dipintal menjadi benang. Mereka menanam pohon kapas di sekitar halaman rumah, dekat dengan persawahan atau ladang.
Kapas sebagai bahan dasar tenun ikat Sumba | Dok. Yayasan Sekar Kawung
Namun sekarang, Ibu Kirana--sapaan kami kepadanya--menjelaskan bahwa semakin sedikit yang bisa memintal benang dari kapas ini. Mungkin karena proses membuatnya lama dan semakin jarang yang bisa memintal.
''Itu yang kita upayakan agar mereka para wanita muda terus menjaga makna tenun ikat Sumba agar tak lari dari ruhnya. Karena salah satu ruh dari tenun ikat Sumba adalah soal proses pembuatan dan nilai budayanya,'' jelasnya.
Ia juga menyebut bahwa memang ada kendala soal tradisi tenun-menenun ini. Hadirnya kain tenun ikat yang berbahan dasar sintetis yang dijual di beberapa kota di wilayah Sumba, juga nyatanya cukup mendegradasi semangat para wanita-wanita muda Sumba untuk menjaga nilai-nilai leluhur ini.
Namun sekali lagi Ibu Kirana meyakinkan mereka bahwa nilai kain tenun Sumba yang orisinal tak dapat tergantikan oleh apapun, karenanya perlu upaya yang besar untuk menyedarkan masyarakat untuk menjaga warisan budaya tersebut.
7 Tahapan Proses Pembuatan Kain Tenun
Tahapan pertama dalam menghasilkan kain tenun adalah dengan proses menghani. Menghani adalah proses awal menenun. Proses ini adalah proses membuat helaian benang yang kemudian akan dibentuk menjadi lungsi. Pertama, akan dibuat pola ukuran seperti lungsi kemudian benang akan diurai menjadai helaian.
Setiap 10 benang lungsi akan diikat sehingga akan memudahkan untuk menghitung benang lungsi yang akan digunakan. Namun juga banyak kain tenun yang menggunakan perhitungan lainnya selain 10 helai. Lepas helai benang perlahan lahan dan jangan sampi kusut atau bisa juga degan cara menggulung benang dan membentuknya seperti tautan rantai.
Proses penenunan yang memakan waktu cukup lama
Yang menarik, satu lembar kain tenun ikat Sumba memerlukan 42 langkah. Persiapan dan proses pembuatan yang cukup lama itu membuat harga kain tenun menjadi relatif mahal . Lain itu, mahalnya harga kain tenun ikat Sumba juga dipengaruhi juga oleh jumlah orang yang bekerja.
Pekerjaan dimulai dari proses lamihi, yakni proses memisahkan biji dari kapas hingga proses warirumata atau proses penuntasan. Seperti yang dibeberkan Ibu Kirana saat wawancara khusus dengan GNFI, Sabtu (26/9), ada beberapa proses dari awal hingga akhir kain tenun ikat Sumba, antara lain:
Pemintalan benang
Seorang wanita tua Sumba sedang memintal benang dari kapas | Dok. Yayasan Sekar Kawung
Yang pertama tentunya proses pemintalan benang dari pohon kapas. Benang ini yang kemudian dijadikan bahan dasar kain tenun ikat Sumba. Proses ini dikenal dengan nama ''Pahudur''. Kapas asli Sumba juga dikenal dengan sebutan ''Kamba humba'' oleh masyarakat sekitar. Untuk memintalnya, mereka membutuhkan tempurung kelapa dan kin.
Menggambar motif kain
Menggambar motif tenun ikat Sumba | Dok. Yayasan Sekar Kawung
Selanjutnya sebelum melakukan proses tenun, juga dibuatkan gambar motif tenun dengan menggunakan pensil. Soal waktu menggambar motif, lamanya tergantung rumit dan tidaknya motif yang bakal digambar. Motif ini rata-rata akan diselesaikan dalam kurun sepekan.
Membuat ikatan kain
Menjaga Tradisi dan Nilai Budaya Tenun Ikat Sumba
Kawan GNFI, selain terkenal dengan panorama yang memukau dan alam yang masih lestari, Pulau Sumba yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), ternyata memiliki warisan leluhur yang patut kita jaga, yakni kain tenun ikat Sumba.
Kain tenun ikat Sumba adalah salah satu bentuk dari kekayaan budaya yang dimiliki oleh Provinsi NTT. Tenun ikat ini merupakan kain nusantara nan eksotis yang diciptakan oleh para seniman tenun (artisan) dari Sumba Timur. Kain tenun ikat Sumba bukanlah kain yang bisa dikerjakan secara sembarangan, yang mengerjakannya pun bukanlah sembarang orang.
Jenis dan corak kain tenun ikat Sumba sudah lama populer karena keunikan cara pembuatannya serta bahan yang digunakan. Motif dan proses pembuatan kain tenun ikat Sumba memerlukan waktu relatif lama, yakni empat hingga enam bulan untuk sehelai kain tenun berukuran lebar .
Daya pikat tenun ikat tradisional itu memang sudah kadung populer sejak berabad-abad lalu, dan tradisinya sebagian masih dijaga oleh para wanita Sumba. Mereka menangani seluruh proses tenun ikat mulai dari memilih motif, mempersiapkan bahan-bahan (benang, pewarna), proses penenunan, hingga pada akhirnya menghasilkan selembar kain.
Tags: cara tenun luka tradisional