Keindahan Sarung Tenun Adonara - Seni Rajut dan DIY yang Memukau
Pakaian Adat NTT, Jenis-jenis, Gambar, dan Penjelasannya
Nusa Tenggara Timur atau NTT merupakan sebuah provinsi yang dulunya merupakan bagian dari kepulauan Sunda Kecil. Sesuai dengan namanya, provinsi ini terdiri atas beberapa pulau, di antaranya Pulau Flores, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Rote, Sabu, Adonara, Solor, Komodo, dan Pulau Palue. Keberagaman dari suku yang tinggal di pulau-pulau tersebut membuat kebudayaan dan tradisi yang sangat heterogen saling membaur satu sama lain di Nusa Tenggara Timur. Salah satu budaya yang dapat kita amati misalnya adalah pakaian adatnya. Seperti apa pakaian adat NTT tersebut dan apa keunikannya? Simak pemaparannya berikut ini!
Dari unsur demografinya, Provinsi NTT dihuni sedikitnya oleh 7 suku besar yaitu suku Rote, suku Sabu, suku Helong, suku Atoni atau Dawan, suku Manggarai, suku Sumba, dan suku Lio. Suku-suku ini memiliki pakaian adatnya masing-masing. Nah, berikut ini akan dibahas pakaian adat NTT dari 4 dari ketujuh suku tersebut!

Mengenal Kain Tenun sebagai Kain NTT
Foto: tenun NTT (indonesia.go.id)
Selain itu, tenun bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur dipandang sebagai harta berharga milik keluarga yang bernilai tinggi.
Harganya menjadi sangat tinggi karena tingkat kesulitan dalam proses pembuatan. Selain itu, model motif tenun yang dihasilkan penenun juga berbeda-beda.
Tak heran, proses menenun itu menghasilkan harga kain yang cukup mahal. Harga kain NTT bahkan bisa dijual hingga ratusan juta Rupiah.
Bahkan saking berharganya hasil karya tersebut, kain bekas pakai tersebut juga masih memiliki harga jual yang tinggi.
Dahulu kala, kain tenun dibuat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, yakni sebagai busana biasa.
Namun kemudian, cara memakai kain NTT ini berkembang untuk kebutuhan adat, seperti upacara, tarian, perkawinan, dan pesta.
Hingga kini, kain tenun juga biasa digunakan sebagai selendang, sarung, selimut, hingga pakaian.
Sejak itulah diperkirakan masyarakat setempat sudah mengenal seni dan budaya, seperti misalnya kegiatan menenun.

Tenun Ikat Nagekeo
Nagekeo adalah salah satu suku di Flores yang juga memiliki tradisi tenun ikat yang indah dengan motifnya.
Kain tenun ikat Nagekeo ditenun dengan benang-benang alami yang diperoleh dari tumbuhan lokal.
Adapun Pola-pola pada kain tenun ini mencerminkan cerita dan simbolisme budaya Nagekeo.
Kain tenun Nagekeo juga dikenal dengan warna-warna alaminya yang lembut dan nuansa yang tenang.
Kain tenun khas Flores merupakan warisan budaya yang tak ternilai harganya.
Melalui kain tenun, masyarakat Flores menjaga identitas budaya mereka dan memperkuat ikatan sosial dalam komunitas mereka.
Kain-kain tenun ini bukan hanya sebagai pakaian, tetapi juga sebagai pernyataan keindahan seni dan kebanggaan akan tradisi mereka.
Bagi para pecinta seni dan budaya, mengenal dan mengapresiasi kain tenun khas Flores adalah cara yang baik untuk mendukung warisan budaya Indonesia.
Setiap potongan kain tenun memiliki cerita yang unik, dan memiliki kain tenun khas Flores adalah memiliki potongan kekayaan budaya yang luar biasa.

Baju Adat Suku Sabu Nusa Tenggara Timur (NTT)
Suku Sabu (Sawu, Savu), disebut juga sebagai Do Hawu atau Havunese, adalah suku yang mendiami pulau Sabu (Rai Hawu) di kabupaten Kupang provinsi Nusa Tenggara Timur.
Masyarakat suku Sabu berbicara dalam bahasa Sabu. Bahasa Sabu sendiri termasuk kelompok bahasa Bima-Sumba dari Nusa Tenggara Barat. Bahasa Sabu mencakup dialek Raijua (di pulau Raijua), Mesara, Timu dan Seba.
a. Baju Adat Laki-Laki Suku Sabu Nusa Tenggara Timur (NTT)
Baju adat Pria Sabu berupa ikat kepala, kemeja berlengan panjang berwarna putih polos. Tubuh bagian bawah ditutupi oleh sarung tenun dan sehelai kain tenun berukuran kecil diselempangkan di bagian bahu. Sedangkan untuk pakaian pengantin, suku Sabu ini memiliki model baju adat tersendiri yang terdiri dari :
- Selendang yang digunakan pada bahu pria
- Destar pengikat kepala sebagai lambang kebesaran/kehormatan disertai dengan mahkota kepala pria yang terdiri dari tiga tiang terbuat dari emas.
- Kalung mutisalak yaitu sebagai mas kawin dengan liontin gong.
- Sepasang gelang emas
- Ikat pinggang/sabuk yang memiliki 2 kantong pengganti dompet/tas
- Habas/perhiasan leher terbuat dari emas.
b. Baju Adat Wanita Suku Sabu Nusa Tenggara Timur (NTT)
Untuk baju sehari-hari yang dikenakan oleh kaum wanita pada suku Sabu di Nusa Tenggara Timuradalah baju kebaya pendek dan bagian bawahnya mengenakan kain tenun dua kali lilitan dan tanpa asesories.
Sedangkan untuk baju pengantin tradisional Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya kaum wanita suku Sabu memiliki ciri khas sebagai berikut :
- Sarung wanita yang diikat bersusun dua pada pinggul dan sedada
- Pending (ikat pinggang terbuat dari emas).Gelang emas dan gading yang dipakai pada upacara adat/perkawinan
- Muti salak/kalung dan liontin dari emas
- Mahkota kepala wanita dan tusuk konde berbentuk uang koin/sovren/ uang emas pada zaman dahulu
- Anting/giwang emas bermata putih/berlian
- Sanggul wanita berbentuk bulat diatas/puncak kepala wanita

Tags: tenun