... 5 Sikap yang Harus Dikembangkan dalam Mengerjakan Karya Kerajinan: Tips DIY dan Sulam

Sikap Kreatif yang Mendalam dalam Menghasilkan Karya Kerajinan Menyulam dan DIY

Senang belajar hal baru dari berbagai sumber

Editor’s picks

ilustrasi dua orang sedang berdiskusi mengenai pekerjaan (unsplash.com/Kenny Eliason)

Kemampuan adaptasi sangat berharga di dunia kerja. Untuk mencapai kemampuan tersebut, karyawan harus siap mempelajari hal baru, baik dari perusahaan itu sendiri, dari atasan, maupun dari rekan kerja. Sikap senang belajar mencerminkan kemauan untuk terus berkembang dalam memperbaiki diri.

Tidak hanya penting bagi perkembangan diri sendiri, sikap satu ini memungkinkan seseorang mendapat respect lebih besar dari rekan-rekan di tempat kerja. Hindari sikap paling bisa dan paling tahu sendiri. Bersikaplah terbuka untuk belajar dari mereka yang sudah lebih lama berada di perusahaan.

Unsur Estetika dan Ekonomis Produk Kerajinan dari Bahan Keras

Dalam perkembanganya produk, kerajinan tidak dapat melepaskan din dan unsur-unsur seni pada umumnya. Sentuhan-sentuhan estetik sangat penting untuk mewujudkan karya kerajinan atraktif dan bernilai ekonomis. Pada produk kerajinan, aspek fungsi menempati porsi utama. Maka, karya kerajinan harus mempunyai nilai ergonomis yang meliputi: kenyamanan, keamanan dan keindahan (estetika).

Motif Ragam Hias Produk Kerajinan dan Bahan Keras, Produk kerajinan dan beberapa daerah di Indonesia sudah dikenal di mancanegara sejak zaman dahulu. Keanekaragaman produk kerajinan tersebut memiliki motif dan ragam hias yang khas di setiap daerah. Setiap motif dan ragam hias mempunyai nilai keindahan dan keunikan serta makna simbolis yang penuh perlambangan dan juga nasihat.

Beberapa daerah yang terkenal ukiran atau pahatannya adalah Jepara, Yogyakarta, Cirebon, Bali, Toraja, Palembang, Kalimantan, dan masih ada daerah lainnya. Kita perlu mengenal dan melestarikan motif dan ragam hias Nusantara. Kekayaan kreasi bangsa Indonesia penlu kita syukuri sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.

1. Tidak memerhatikan struktur karya tulis.

Karya ilmiah memiliki sistematika penenulisan yang berbeda dengan karya tulis lainnya. Sistematika penulisan karya ilmiah perlu dipatuhi dengan struktur umum sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Pembatasan Masalah

1.3 Rumusan Masalah

1.4 Tujuan Penelitian

1.5 Manfaat Penelitian

Bab II Landasan Teori

Bab III Metode Penelitian

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab V Kesimpulan dan Saran

Penulis yang menulis karya ilmiah tidak dapat menghilangkan salah satu atau bagian yang lain dalam struktur karya tulisnya. Namun, tak jarang banyak orang menuliskan isi dari bagian struktur karya tulis tidak sesuai dengan yang seharusnya. Misalkan, dibagian latar belakang terlalu banyak mengambil porsi bab II Lansasan teori.

Berani bertanggung jawab dalam hal apa pun

ilustrasi berdiskusi dengan rekan kerja (pexels.com/Thirdman)

Dunia kerja yang keras tidak hanya menugaskan karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan, tetapi juga harus berani bertanggung jawab atas segala risiko yang ada. Berbagai permasalahan di dunia kerja macam ketidakpuasan atasan, miskomunikasi, kecerobohan, dan lain sebagainya. Semua itu harus ditangani dengan sikap berani.

Misalnya, ketika rekan kerja menemukan ada data yang salah diinput, sikap pertama yang harus ditunjukkan adalah berani bertanggung jawab. Pertama, akui kesalahan dengan meminta maaf. Kedua, komunikasikan dengan baik agar situasi tidak runyam. Ketiga, segera perbaiki kesalahan dan berusahalah untuk tidak mengulanginya lagi.

Respect dari rekan kerja bukan hanya tentang reputasi diri, tetapi demi membangun hubungan yang baik dan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman. Terapkan lima sikap di atas agar bekerja menjadi lebih menyenangkan.


Tags: kerajinan yang adalah

`Lihat Lagi
@ 2024 - Tenun Indonesia