... Tarian Tenun Songket: Seni Tenun Tradisional Indonesia yang Menginspirasi dalam Dunia Kerajinan dan DIY

Seni Tenun Songket - Keindahan dan Kreativitas dalam Kerajinan Jarum dan DIY

Mengenal Kain Songket: Sejarah, Jenis Motif dan Maknanya

Kain songket adalah – Indonesia memiliki banyak warisan dari leluhur dan tersebar di seluruh wilayah nusantara. Contohnya seperti Sumatera Barat yang terkenal dengan rumah gadang serta masakan khasnya berupa rendang dan kain bernama songket.

Kain songket adalah kain yang memiliki motif serta tekstur mewah dan salah satu komponen yang tidak boleh dilewatkan ketika mengenakan pakaian adat khas Sumatera Barat atau Minangkabau.

Sebab, biasanya kain songket dikenakan dalam upacara adat tingkat tinggi yang penting. Baik itu upacara pengangkatan pemimpin adat atau disebut Batagak Pangulu atau rangkaian proses upacara pernikahan dengan adat Sumatera Barat. Kain songket tidak hanya terkenal di Indonesia saja, kain ini juga cukup populer di luar negeri karena kekhasan dan tentunya ragam motifnya.

Nyak Mu. Legenda Tenun Songket Aceh

Nama Maryamun yang kemudian dikenal dengan panggilan Nyak Mu ini lekat dengan eksistensi kekayaan salah satu wastra nusantara yang melegenda. Kata Nyak yang berarti Ibu adalah satu panggilan dalam bahasa Aceh untuk menghormati seseorang yang dihormati atau mengharumkan negeri ini dalam berbagai bidang.

Ratusan karya atau motif yang tercipta tersebut kemudian mendorong beliau menularkan ilmu atau mengajarkan kemampuannya menenun kepada siapapun yang berkenan untuk berlatih. Dari aktivitas inilah Nyak Mu melahirkan banyak penenun baru yang kemudian meneruskan kepiawaiannya dalam merancang motif dan mengerjakan kain khas Aceh ini.

Nyak Mu sendiri menerima warisan 25 motif tradisional dalam selembar kain sutera yang sudah berusia ratusan tahun dari ibunya, Nyak Naim. Seorang perempuan hebat yang sudah menginspirasi Nyak Mu untuk meneruskan usaha melestarikan Tenun Songket Aceh sekaligus menjaga tradisi tenun Aceh itu sendiri.

Nyak Mu kemudian membantu mengembangkan kelompok tenun Songket Aceh di berbagai sisi dan daerah di Nanggroe Aceh Darussalam lewat banyak pelatihan yang diselenggarakannya. Semua catatan bersejarah inilah yang kemudian menjadikan Nyak Mu layak untuk mendapatkan piala/penghargaan Kalpataru dari Soeharto (mantan presiden Republik Indonesia ke-2) pada 28 Desember 1991.

Tinggal di Desa Siem, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar, di sebuah tanah seluas sekitar 500m2, Nyak Mu mendirikan Rumah Tenun Kelompok Bungong Jeumpa. Tempat yang membuatnya terus aktif berkarya hingga akhir hayat dan mewariskan seluruh peninggalannya yang membanggakan tersebut kepada Dahlia, anak ketiga, satu-satunya ada perempuan dari lima anak yang dilahirkan Nyak Mu.

Rumah Tenun Kelompok Bungong Jeumpa

Ibu Dahlia, yang akhirnya diminta dipanggil Kak Dahlia, langsung mengajak saya masuk ke sebuah rumah berukuran 10x3m yang merupakan bangunan ketiga selain rumah panggung yang berwarna merah tadi, dan rumah Kak Dahlia yang berada di belakang, menempel di rumah panggung merah.

Bangunan bercat putih ini dibangun kombinasi antara kayu dan semen. Di dekat pintu terpampang tulisan “Rumah Tenun Kelompok Bungong Jeumpa” dan logo Bank Indonesia yang sudah menjadi pengampu ilmu tentang wastra nusantara dan pembina tempat ini bertahun-tahun lamanya. Bank Indonesia malah sempat membuat satu buku eksklusif tentang tenun nusantara yang mana salah satu isinya adalah membahas tentang Tenun Songket Aceh.

Saya melangkah masuk dan langsung terkesima dengan apa yang terhidang di depan mata. Selain hamparan puluhan kain songket yang indah beraneka rupa, warna, dan motif, saya juga melihat sekitar delapan alat tenun kaki tangan yang masih sangat tradisional. Pencahayaan ruangan ini lebih dari cukup. Apalagi setengah dindingnya dibiarkan terbuka dengan list kayu tipis yang memungkinkan angin mengisi udara di dalam ruangan. Jadi saat berada di dalam ruangan ini, kita tidak akan gerah karena bisa merasakan sejuknya angin yang menerobos masuk.

Ada tiga ibu-ibu anggota kelompok yang juga adalah tetangga Kak Dahlia yang sedang menenun. Kehadiran dan kegiatan mereka menjadikan saya tambah kagum akan keahlian para penenun yang luar biasa sabarnya. Bagaimana tidak? Satu-satu benang tenun itu dimasukkan seperti sedang menjelujur, lalu diikuti gerakan menarik dan menggoyang kayu sepanjang sekitar 1.5m untuk menutup anyaman yang sudah diatur sedemikian rupa. Terdengar nada derak tarikan dan hantaman halus dari kayu penyanggah dan kayu penggerak tadi. Ritme tarikannya nyaris teratur dan menimbulkan bunyi yang berketuk perlahan. Hanya orang yang tabah dan sabar yang bisa berjam-jam melakukan ini.

“Mereka inilah yang menghidupkan rumah tenun ini Bu. Saya tak pun mungkin mengerjakannya sendiri.” Ujar Kak Dahlia dengan ekspresi bangga yang begitu terpancar.


Tags: tenun

`Lihat Lagi
@ 2024 - Tenun Indonesia