... 10 Ide Kreatif Tenun Bulu Garut untuk Proyek Kerajinan DIY Anda

Seni Menenun Bulu Garut - Kecantikan dalam Karya Rajutan dan Kerajinan DIY

Sejarah Tentang Pabrik Tenun Garut

Pabrik Tenun Garut – 014 Weefplaats Van De Preanger Bontweverij te Garoet KITLV (Naratas Garoet)

Tak banyak lagi diingat orang, jika bangunan megah Mall “Ramayana” yang jadi magnetis keramaian di Jl. Guntur, berdiri di atas reruntuhan areal pabrik tenun legendaris Garut. Apapun kenyataan lain kini, namun masa kejayaan panjang PTG (Pabrik Tenun Garut), tidak akan terpupus dalam lintasan sejarah daerah, karena reputasi pabrik tenun itu pernah berperan menggosok pamor Garut. Di situ, pabrik tekstil dengan ikon produksi kain sarung “Tjap Padi” berlokasi.

Bagunan pabrik seluas 3,5 ha terhampar memanjang di Jl. Guntur, yang berdiri di atas lahan 10,5 ha. Sebagian lokasi pabrik pun menyeberangi alur Sungai Cimanuk pembelah kota Garut,, yang terhubung dengan bentangan jembatan di dalam areal pabrik. Setiap hari kerja, bunyi lengkingan sirene dari cerobong asap dapur pabrik itu, terdengar hingga radius 10 km. Pabrik tenun peninggalan Belanda yang didirikan pada 8 Juni 1933 itu, semula dikenal bernama NV PBW (“Preanger Bond Wevery”) dengan kepemimpinan G Dalenoord.

Kejayaan Pabrik Tenun Garut, Terkubur di Balik Megahnya “Ramayana”

Kini, cukup sulit mencari bukti peninggalan sejarah di Garut. Banyak bukti fisik seperti bangunan yang sudah alih fungsi seiring dengan perkembangan kehidupan perkotaan. Pabrik Tenun Garut adalah salah satu bukti hilangnya bentuk sejarah secara fisik.

Perkotaan Garut berganti wajah. Deretan pertokoan modern, bertebar di semua sudut keramaian. Kemacetan lalulintas kendaraan pun, tergelar bagai lukisan benang kusut yang menyesakkan pandang. Pemandangan rutin yang melukai tata kota, tidak lagi sebatas kawasan jantung kota di sepanjang Jl. Jend A Yani, namun melebar ke lintasan Jl. Guntur. Program pelebaran sayap perkotaan ke sebelah utara, yang digencarkan tahun 1987, kini menuai problema baru.

Kawasan itu sebagai potret baru, yang menerbitkan problema perkotaan Garut. Terpicu lagi dengan keberadaan lokasi Mall “Ramayana” dan luapan keramaian di areal pertokoan IBC (“Intan Bisnis Center”), yang memupus kerindangan mess PTG (Pabrik Tenun Garut) di Jl. Guntur dan Jl. Pramuka. Sirna tanpa sisa. “Waraas sareng sedih upami emut ka jaman PTG! Di situ masa kecil saya” kenang Ny Yayu Rahayu di Jakarta – Seorang Ibu muda puteri (alm) H Sumiarwan, seorang mantan petinggi PTG (Pabrik Tenun Garut).

Kejayaan Hingga Memudarnya Pabrik Tenun Garut

Alat Mesin Tenun – Collectie Tropenmuseum Bontweverij Beefzaal Garoet Preanger TMNR 10014348 (Naratas Garouet)

Sungguh membanggakan! Pamor PTG berkilau dalam dunia industri tenun di Tanah Air. Dengan tingginya kapasitas produksi unggulan berupa kain sarung “Cap Padi,” dan kain handuk, memiliki kekuatan pasar yang mampu menembus Saudi Arabia. Tidak kurang dari 10% warga Garut pun, terserap sebagai tenaga kerja di pabrik tenun itu. Masa kejayaan PTG dijadikan pertaruhan hidup bagi sebagian warga setempat. Namun, tiada kejayaan tanpa batas!

Dalam era 1970-an, pamor pabrik itu mulai memudar. Kondisi itu menggejala di tahun 1974, dengan penyusutan kapasitas produksi mingguan hanya 35.000 potong kain sarung, 10.000 handuk dan 6.000 meter kain kerja. Di era1980-an, kehancuran mulai menghantui kelangsungan PTG. Bahkan, PTG sebagai unit kerja PD “Kerta Paditex” Jawa Barat, dinilai tidak mampu lagi untuk mencapai misinya dalam menambah sumber pendapatan Pemprov Jawa Barat..

Tragis! PTG bangkrut. Dalam tahun 1985 pabrik tenun itu tak bisa memaksakan lagi berproduksi, karena harga pokok lebih tinggi dari harga jual. Faktor ketuaan perangkat alat mesin tenun, menciutkan kemampuan produksi. Jumlah pegawai dirampingkan. “Waktu itu tersisa 380 dari 2.500 karyawan! 300 pegawai pabrik, 40 sekretariat direksi, dan 40 pegawai Inpema (Induk Pencelupan Majalaya) di Bandung” begitu pernah diungkap Kabag Personalia PTG, (alm) H Sumiarwan.

Kondisi itu kian memburuk. Sebanyak 90% ATM (Alat Tenun Mesin), dan mesin handuk dijual. ATM yang semula 1.177 buah, tersisa 202 buah. Rumah dinas direktur di seberang pabrik dan bangunan gudang, dikontrakan ke perusahaan swasta. Namun, penjualan asset perusahaan sebagai solusi untuk pengadaan mesin tenun baru., tak pernah bisa mencukupi kebutuhan. Itu makin ditebalkan lagi dengan banyak beban, yang harus ditanggung PTG.


Tags: tenun

`Lihat Lagi
@ 2024 - Tenun Indonesia