Seni Tenun Corak Insang - Kecantikan dalam Kerajinan Tangan dan DIY
Cantiknya Kain Tenun Corak Insang
Kain tenun Corak Insang merupakan satu diantara warisan budaya tradisional khas masyarakat suku Melayu di Kota Pontianak yang patut untuk dilestarikan.
Kain tenun ini sudah dikenal sejak masa Kesultanan Kadriah di bawah kekuasaan Sultan Syarif Abdurrahman Al Qadrie tahun 1771 hingga saat ini.
Kalau kita lihat sejarahnya, dulu corak ini menjadi tolok ukur keterampilan anak gadis dalam menenun. Tenun Corak Insang memiliki banyak fungsi lain, selain sebagai barang hadiah ulang tahun bagi raja, juga sebagai barang pengantar iringan pengantin dan pengantar sirih pinang pada saat acara pernikahan dan upacara-upacara tradisional lainnya.
FYI: Kain Tenun Corak Insang menggambarkan peradaban masyarakat Pontianak yang saat itu bermukim di sepanjang pinggiran Sungai Kapuas. Kain Corak Insang mencerminkan kehidupan masyarakat Pontianak yang sangat bergantung dengan Sungai Kapuas.
Tenun Corak Ingsang melambangkan nafas dan gerakan dalam kehidupan. Tenun Corak Insang adalah wujud ungkapan rasa cinta kepada alam dan lingkungan serta semangat keseharian yang bersifat berubah-ubah.
Dengan mengikuti perkembangan jaman, kain ini mulai hits kembali dengan diterapkan ke berbagai karya lainnya bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, tas, sepatu, dompet, masker dan masih banyak lagi.
Semua itu dengan alasan bahwasannya Tenun Corak Insang ini merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan, memahami itu Deskranasda Kota Pontianak mengambil peran untuk memperkenalkan motif tersebut ke ranah yang lebih luas, sehingga diadakannya sebuah lomba Desain Motif Tenun Corak Insang 2020.
Melestarikan Kearifan Lokal Dengan Pelatihan Tenun Ikat Corak Insang
PONTIANAK - Dalam rangka menyambut hari Ibu pada tanggal 22 Desember 2020, Dekranasda Kota Pontianak bekerjasama dengan Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan Kota Pontianak mengadakan Pembinaan dan Pelatihan Tenun Ikat Motif Corak Insang di aula UMKM Center, Kamis (10/12/2020).
Pelatihan praktek menenun tingkat dasar itu dilaksanakan selama dua hari dengan menerapkan standar protokol kesehatan. Peserta yang hadir diwajibkan melakukan rapid test di lokasi kegiatan, menggunakan masker selama kegiatan dan praktek tenun dibagi menjadi 2 kelompok dengan lokasi yang berbeda.
Ketua Dekranasda Kota Pontianak, Yanieta Arbiastutie mengatakan bahwa pelatihan ini terkait dengan minimnya penenun motif tenun corak insang yang ada di kota Pontianak, “Kami ingin melakukan regenerasi penenun motif corak insang, karena saat ini tidak banyak lagi di kota Pontianak” ujar Yanieta.
Menurutnya, Produk tenun diminati konsumen namun karena terbatasnya penenun sehingga kewalahan apabila ada yang ingin memesan produk motif tenun corak insang dalam jumlah besar.
“Kita siapkan agar ketika mesin tenun datang sudah langsung di praktekkan,” kata Ketua Dekranasda.
Oleh:
Bagikan:
Kain Sasirangan
Kain sasirangan merupakan kain khas suku Banjar yang ada di Kalimantan Selatan. Kain ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke 7. Produksi pembuatan kain yang dahulu kala bernama kain langgundi ini berpusat di Jalan Seberang Masjid, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Konon kabarnya kain ini memiliki kekuatan supranatural yaitu mampu menyembuhkan segala macam penyakit dan hal buruk lainnya. Proses pembuatannya pun harus melewati ritual terlebih dahulu.
Berdasarkan cerita yang dipercayai oleh masyarakat suku banjar kain ini dibuat oleh seorang Patih yang berasal dari kerajaan Dipa. Beliau adalah patih Patih Lambung Mangkurat yang kala itu sedang bertapa selama 40 hari 40 malam di atas sungai dengan menggunakan perahu rakit. Arus sungai membawanya ke suatu tempat yang bernama kota Bagantung. Di sana ia mendengar sebuah tangisan dari segumpal buih. Tangisan tersebut diduga merupakan tangisan dari seorang Putri Junjung Buih.
Tags: tenun