Seni Tenun Klaten - Warisan Budaya dan Kreativitas DIY
Bengkel lurik ATBM milik Rahmad
Sementara itu, pintu rumah Rahmad tertutup rapat. Sepi dari luar, tapi terdengar ramai di dalam. Rasa penasaran menuntun saya mendatangi sumber suara. Seorang perempuan yang sedang membawa semangkok lauk masuk ke dalam rumah. Ia yang mendengar suara saya kemudian datang menghampiri. Memperkenalkan diri sebagai warga asli Klaten, saya diijinkan masuk mengambil gambar sembari menyaksikan proses pembuatan tenun lurik Pedan.
Sejarah panjang hadirnya tenun lurik Pedan tidak terlalu diangkat dalam panggung industri pariwisata. Sumber Sandang adalah salah satu bagian dari sejarah kejayaan tenun lurik Pedan–Klaten. Meski bukan konglomerat, Rahmad adalah pengusaha senior yang masih bertahan dengan bisnis lurik menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
Pria kelahiran 17 Agustus 1932 ini memiliki riwayat panjang layaknya seorang pahlawan veteran yang tak ingin dikenal. Tak lama mengambil gambar di bengkel tenun luriknya, Rahmad datang dengan menuntun sepedanya.
Sebagai lulusan ilmu sejarah Universitas Indonesia, Rahmad bertutur tentang riwayat tekstil Indonesia tanpa jeda. Ibarat pepatah ‘hidup segan, mati pun tak mau’. Meski banyak usaha tenun lurik bermesin yang menjadi saingan Sumber Sandang, Rahmad tetap teguh mempertahankan bisnis yang dirintis orang tuanya. Selain merawat budaya menenun menggunakan ATBM, Rahmad berkomitmen menyediakan ladang pekerjaan bagi mereka yang berbakat, namun terbatas pada alat.

Ke Klaten, Menguak Kisah Kain Tenun Lurik
Klaten (Bahasa Jawa: Klathen) merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah dan boleh dibilang wilayah yang cukup subur karena letaknya memang dekat dengan Gunung Merapi. Secara geografis kota ini diapit oleh dua kota besar bekas Kerajaan Mataram, yaitu Yogyakarta dan Solo. Mungkin saking besarnya potensi kedua kota yang mengapitnya, tak jarang hal ini membuat Klaten hanya dianggap sebagai pupuk bawang atau menjadi daerah yang kurang diperhitungkan bagi kalangan wisatawan. Tapi apa iya, di kota yang konon berasal dari kata “Kelathi” (buah bibir) ini memang benar-benar gak ada destinasi yang menarik?
Hohoho… jangan salah.
Meskipun terhitung kota kecil, Klaten banyak menyimpan potensi destinasi wisata. Ada wisata sejarah, seperti misalnya: Museum Gula, Candi Sewu, Candi Plaosan, Benteng Loji (Fort Engelenburg) dan sebagainya. Jika menyebut wisata alam, maka nama Umbul Ponggok akan langsung berada di urutan teratas. Nah, kalau yang disebut adalah wisata tenun di Jawa Tengah, sudah pasti Klaten-lah yang muncul sebagai juaranya. Ada beberapa sentra tenun lurik yang dapat kita kunjungi. Dan sebagai pemerhati kain tenun, justru alasan terakhir inilah yang membuat saya bersemangat mengeksplor Klaten.

Tags: tenun