... Apa yang Dimaksud dengan Tenun Ikat? Panduan Lengkap untuk Pemula - Pekerjaan Jarum dan DIY

"Arti dari Tenun Ikat - Memahami Kesenian Kain Tradisional"

Proses Pembuatan

Ketika proses tersebut selesai, ikatan pada benang akan dilepas sehingga akan muncul corak berwarna putih yang merupakan warna asli dari benang yang tidak terwarnai. Proses tersebut dilanjutkan hingga lembaran kain tenun terbentuk sesuai ukuran yang diinginkan.

Pembuatan kain tenun gringsing misalnya, membutuhkan waktu yang cukup lama. Mulai dari memintal benang, pewarnaan dengan minyak kemiri, hingga menyelesaikan selembar kain tenun biasanya para perajin membutuhkan waktu kurang lebih lima pekan.

Semakin rumit motif yang dibuat, maka akan semakin lama pula waktu pembuatan kain tenun. Tak heran, jika selembar kain tenun gringsing bisa bernilai puluhan juta rupiah.

Kerajinan kain tenun ikat di Indonesia saat ini masih terus eksis. Tak jarang, hasil kerajinan ini diekspor hingga ke mancanegara. Semoga nilai nilai budaya dan ragam hias pada kerajinan tenun dapat terus dikembangkan dan dilestarikan agar tidak hilang tergerus oleh zaman.

Sejarah dan perkembangan kerajinan tenun di Indonesia

diskominfo.kaltimprov.go.id Kain Tenun Ulap Doyo dari Kalimantan Timur

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Kain Tenun bermotif Songke menjadi daya tarik menggaet wisatawan Nusa tara dan mancanegara untuk belajar menenun, identitas, nilai, makna dibalik motif-motif, Senin, (15/8/2022). (KOMPAS.com/MARKUS MAKUR)

Jenis kain tenun Asal daerah
Kain tenun Sambas Kalimantan Barat
Kain tenun Donggala Sulawesi Tengah
Kain tenun Gringsing Bali
Kain Hinggi Nusa Tenggara Timur
Kain tenun Toraja Sulawesi Selatan
Kain tenun songket Sukarara Nusa Tenggara Barat
Kain songket Palembang Sumatera Selatan
Kain tapis Lampung
Kain tenun Ulos Sumatera Utara
Kain songket Minangkabau Sumatera Barat
Kain tenun Troso Jepara Jawa Tengah
Kain tentun Doyo Kalimantan Timur

Suka baca tulisan-tulisan seperti ini? Bantu kami meningkatkan kualitas dengan mengisi survei Manfaat Kolom Skola

Sejarah Tenun Troso

Desa Troso, terletak 15 km ke arah tenggara dari pusat kota Jepara. Dari sinilah proses perkembangan sentra industri tenun berawal, berkembang dan mengalami pasang surut dari tahun ke tahun. Menurut legendanya, sejarah Kain Tenun Troso dimulai saat masuknya Agama Islam di wilayah Jawa tengah dan sekitarnya. Yaitu pada masa berdirinya Kerajaan Mataram Islam.

Kain ini dipakai pertama kali oleh Mbah Senu dan Nyi Senu saat menemui Ulama Besar Mbah Datuk Gunardi Singorojo saat sedang berdakwah di Desa Troso. Kemudian pada masa awalnya kain tenun ini dibuat khusus sebagai pelengkap pakaian raja. Sejak saat itulah keterampilan membuat kain tenun troso dimiliki oleh warga Desa Troso dan diwariskan secara turun temurun.

Pada sekitar tahun 1935, sebelum masa kemerdekaan Indonesia, para pengrajin Tenun Troso membuat Kain Tenun Gedong. Kemudian saat keahlian mereka semakin berkembang, mereka mulai membuat kain Tenun Pancal, yaitu pada sekitar tahun 1943.

Pada saat tahun 60-an terjadi sebuah perkembangan signifikan pada industri tenun di daerah ini. Dimana saat itu para perajin tenun secara besar-besaran mulai beralih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) menggantikan alat tenun tradisional. Produksi kain tenun lurik, mori dan sarung ikat mengalami perkembangan pesat secara jumlah maupun kualitas.

Saat itu adalah masa keemasan dan kejayaan Kain Tenun Troso. Namun pada akhir tahun 70-an industri tenun Troso mulai mengalami kelesuan ekonomi. Banyak perusahaan tenun mengalami gulung tikar. Peristiwa ini diakibatkan karena mulai berdirinya perusahaan tenun besar di Indonesia yang menggunakan Alat Tenun Mesin (ATM).

Pengrajin tradisional tak mampu bersaing dalam hal harga sehingga industri tenun tradisional tidak berkembang dan bahkan banyak mengalami kebangkrutan.

Pada awal tahun 80-an, industri Tenun Troso sempat mengalami kebangkitan. Unit-unit usaha di pedesaan sempat tumbuh kembali. Produksi tenun tradisional Troso muncul kembali di pasaran.

Kegunaan Tenun Secara Adat Tradisional

Tenun secara tradisional memiliki berbagai kegunaan yang berbeda-beda tergantung pada budaya dan tradisi masyarakat yang membuatnya. Beberapa kegunaan kain tenun secara tradisional antara lain:

  1. Pakaian : tenun sering menjadi bahan untuk membuat pakaian tradisional seperti sarung, kebaya, atau batik.
  2. Peralatan rumah tangga : menggunakan tenun sebagai alas meja, sarung bantal, atau kain pel.
  3. Seremonial : Sejarah mencatat, sejak dahulu menggunakan tenun dalam upacara atau ritual, baik sebagai pakaian adat atau sebagai bagian dari perlengkapan upacara sudah lazim di nusantara.
  4. Perlengkapan pernikahan : Sangat istimewa manakala menggunakan kain tenun sebagai kain pelaminan atau sebagai hadiah pernikahan.
  5. Dekorasi : Kita dapat menggunakan tenun sebagai hiasan dinding atau sebagai bagian dari dekorasi ruangan.

Selain itu, tenun juga menjadi simbol identitas budaya atau sebagai media untuk menyampaikan cerita atau makna simbolik tertentu. Dalam beberapa budaya, pola dan warna pada wastra tenun memiliki makna khusus yang berkaitan dengan sejarah, mitos, atau kepercayaan masyarakat setempat. Tenun secara tradisional juga memiliki nilai artistik yang tinggi dan sering menjadi objek koleksi atau pameran seni.


Tags: yang tenun dimaksud ikat

`Lihat Lagi
@ 2024 - Tenun Indonesia