...
Menenun dua selendang sekaligus, serta mengolaborasi motif dari dua daerah yang berbeda ke dalam satu kain sarung atau selendang menjadi hal yang dilakukan Ina Koro untuk tetap mempertahankan kualitas dan kuantitas tenunannya.
Bagaimanapun, kain tenun, sebagaimana kain batik, juga merupakan salah satu kekuatan devisa bangsa serta sumber daya potensial untuk dikembangkan ke mancanegara sebagai sebuah identitas bangsa akan kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia.
Namun, karena keterbatasan informasi terkait kain dengan motif motif wua wela, widi mata, bhejo, saloi, cabu songgo, loka, nae ini, akhirnya para anak muda yang tergabung dalam kelompok tenun Mbola So, menghadirkan kain dengan motif terbaru namun tidak meninggalkan kain-kain dengan ragam pada zaman dahulu.
Selain itu, menenun sendiri juga dikenal sebagai kegiatan pembuatan selembar kain dengan memasukkan benang pakan secara mendatar ke dalam benang yang biasanya diikat dan dicelupkan ke dalam pewarna yang terbuat dari akar dan pohon.
Dengan Pulau Sumba yang semakin diminati sebagai tujuan wisata oleh turis lokal maupun mancanegara, eksistensi kain tenun Sumba pun semakin dicari karena dianggap spesial dari segi motif, cara pembuatan, hingga nilai spiritualnya.
Namun di luar hal tersebut, melihat beragam warna, motif dan rajutan benang yang membentuk garis, titik-titik, lengkungan, segi empat, dan lainnya, di dalam sehelai kain tenun, sanggup mempesona dan mencuri hati saya.
Contoh pengaplikasiannya, misalkan jika kain tenun yang dibuat kebanyakan berwarna hitam dan kecoklatan, maka biasanya itu berasal dari daerah Timor Tengah Utara, dimana daerah ini termasuk ke dalam daerah yang cenderung hangat.
Lewat Surat Keputusan Gubernur No 025 219 1988, yang isinya adalah mewajibkan seluruh pegawai pemerintah dan jajarannya di lingkungan propinsi Jawa Tengah untuk memakai produk tenun setiap hari Jumat.
Contoh pengaplikasiannya, misalkan jika kain tenun yang dibuat kebanyakan berwarna hitam dan kecoklatan, maka biasanya itu berasal dari daerah Timor Tengah Utara, dimana daerah ini termasuk ke dalam daerah yang cenderung hangat.
Seorang pakar kain bernama Urs Ramseyer 1984 yang menulis buku berjudul Clothing, Ritual and Society in Tenganan Pegeringsingan Bali, menduga bahwa masyarakat Tenganan adalah merupakan imigran dari India kuno karena juga penganut Dewa Indra.