Keindahan Motif Tenun Ikat Sikka dalam Kerajinan Jarum dan DIY
Apa Itu Kain Tenun Sikka? Ini Jawaban dan Rekomendasi Produknya
Sebagai negara kepulauan, Indonesia identik dengan suku, tradisi, dan kebudayaan yang bermacam-macam. Salah satu warisan budaya Indonesia yang cukup terkenal hingga mancanegara adalah kain tenun tradisional.
Kain tenun adalah kain yang dibuat dengan cara menggabungkan benang secara memanjang dan melintang. Di Indonesia, kain tenun yang mempunyai nilai estetika di cukup tinggi pun beragam, seperti kain Ulos, Songket, dan Sikka.
Nah, kali ini, kami akan membahas salah satu kain tenun yang populer, yaitu kain tenun Sikka.
Motif Kain Tenun dari Flores
Flores memiliki banyak sentra penghasil kain tenun, yang antara lain: Maumere, Sikka, Ende, Manggarai, Ngada, dan lain sebagainya. Setiap daerah atau etnis memiliki ragam motif, corak dan preferensi warna yang berbeda-beda dalam membuat kain tenun.
Kain tenun khas daerah Sikka misalnya, biasanya selalu menggunakan warna gelap seperti hitam, coklat, biru, dan biru-hitam. Untuk motifnya, cenderung menggunakan benda dan mahluk hidup yang berkaitan dengan laut. Seperti misalnya, figur nelayan, sampan, penyu, udang, atau kepiting. Wajar, karena nenek moyang mereka dahulu termasuk pelaut ulung dan tangguh.
Sementara, di Ende lebih banyak menggunakan warna cokelat dan merah serta memadukannya dengan ragam hias motif bergaya Eropa. Hal ini karena letak strategis Ende di pesisir selatan Flores yang memungkinkan orang-orang Ende zaman dahulu mudah berhubungan dengan bangsa pendatang, seperti orang Eropa. Ciri khas lain motif kain tenun Ende adalah penggunaan hanya satu jenis motif pada bidang di tengah-tengah kain.
Jarang Atabilang dari Maumere
Jara Nggaja dari Ende
Jara dari Desa Bena
Bintang Kejora dari Maumere
Motif Bintang Kejora berbentuk bintang berganda tiga yang melambangkan unit keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak. Persegi empat dengan isian belah ketupat kompleks melambangkan pertanda pencegah malapetaka. Sehingga, motif Bintang Kejora ini diyakini, pemakainya bisa mendapatkan penerangan atau petunjuk dan sekaligus kain itu digunakan sebagai media penolak malapetaka. Konon, dulunya motif ini merupakan motif khas yang khusus diperuntukkan bagi putri-putri Kerajaan Sikka. Dan sekarang-sekarang ini, motif Bintang Kejora atau sering juga disebut Mawarani inilah yang paling banyak diminati para perempuan dari berbagai negara.
Motif-Motif pada Kain Tenun Palue Terbaru
1. Mudhu atau Gunung
Motif mudhu merupakan simbol dari gunung Rokatenda, satu-satunya gunung berapi di Pulau Palue. Pada 2013, Gunung Rokatenda meletus yang membuat sebagian besar warga berbondong-bondong pindah dari pulau tersebut. Oleh karena peristiwa meletusnya Gunung Rokatenda tersebut, masyarakat mengabadikan momennya melalui motif kain tenun mudhu ini.
2. Watu No’o Tana atau Batu dan Tanah
Masih terinspirasi dari letusan Gunung Rokatenda, masyarakat menggunakan kerikil dan batu yang bertebaran sebagai simbol dari terpisah-pisahnya masyarakat saat itu dan kemudian membentuk berbagai kelompok di tempat pengungsian yang baru.
Salah satunya adalah para pengungsi Palue yang tinggal di Desa Hewuli, Maumere dan membentuk kelompok tenun yang dinamakan Mbola So atau Terima Kasih. Salah satu anggota yang tergabung dalam kelompok tenun Mbola So adalah Natalia.
3. Pou atau Perahu
Para penenun termasuk Natalia seringkali menggunakan motif pou atau perahu. Desain perahu diciptakan untuk mengingatkan kepada masyarakat saat proses mengungsi dari Palue menuju Desa Hewuli.
Selain itu, bagi masyarakat juga perahu digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan atau mencari sumber kehidupan lainnya. Simbol perahu juga dimaknai oleh para pengrajin untuk melambangkan ikat tenun dengan warna alam sebagai pegangan hidup para penenun.
4. Kunda atau Kalung Adat
Selain terinspirasi dari keadaan alam, para penenun juga menggunakan salah satu warisan budaya berupa kalung adat untuk dijadikan motif. Kunda merupakan benda sakral yang disimpan secara baik dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Kunda terbuat dari manik-manik yang disatukan menggunakan tali. Kunda menjadi simbol bagi para anggota kelompok tenun Mbola So yang terikat satu sama lainnya.
Tenun Ikat Nagekeo
Nagekeo adalah salah satu suku di Flores yang juga memiliki tradisi tenun ikat yang indah dengan motifnya.
Kain tenun ikat Nagekeo ditenun dengan benang-benang alami yang diperoleh dari tumbuhan lokal.
Adapun Pola-pola pada kain tenun ini mencerminkan cerita dan simbolisme budaya Nagekeo.
Kain tenun Nagekeo juga dikenal dengan warna-warna alaminya yang lembut dan nuansa yang tenang.
Kain tenun khas Flores merupakan warisan budaya yang tak ternilai harganya.
Melalui kain tenun, masyarakat Flores menjaga identitas budaya mereka dan memperkuat ikatan sosial dalam komunitas mereka.
Kain-kain tenun ini bukan hanya sebagai pakaian, tetapi juga sebagai pernyataan keindahan seni dan kebanggaan akan tradisi mereka.
Bagi para pecinta seni dan budaya, mengenal dan mengapresiasi kain tenun khas Flores adalah cara yang baik untuk mendukung warisan budaya Indonesia.
Setiap potongan kain tenun memiliki cerita yang unik, dan memiliki kain tenun khas Flores adalah memiliki potongan kekayaan budaya yang luar biasa.
Tags: tenun gambar motif ikat