Ikat Kepala Tenun Lombok - Keindahan dan Kreativitas dalam Kerajinan Sulaman Tradisional
Proses Pembuatan Kain Tenun
Foto: First Lombok Tour
Selain bahan dan warnanya yang dibuat dari bahan-bahan alami, proses pembuatan kain tenun Lombok juga masih menggunakan alat-alat tradisional yang sangat sederhana. Alat pemintal benangnya saja masih menggunakan potongan bambu yang dirangkai dengan benang juga yang dibuat menyerupai roda yang dapat diputar secara manual oleh si pembuat.
Itu proses pembuatan kain tenun songketnya, sedangkan pembuatan kain tentun ikatnya beda lagi. Untuk mendapatkan motif yang diinginkan, pengrajin harus mengikat bagian benang, kemudian mencelupkan bagian yang tidak diikat ke dalam zat pewarna.
Tahapan ini dilakukan berulang kali dan membuat ikatan lain lalu diwarnai lagi hingga mendapatkan motif bergaris yang khas. Proses ini biasanya bisa diselesaikan cukup 1 hari saja untuk ukuran kain kurang-lebih 3 meter. Hal yang unik, proses pembuatan kain tenun ikat ini dikerjakan oleh kaum laki-laki lho, bukan perempuan.
Tentang Suku Sasak di Lombok
Saat berlibur ke Lombok, kamu akan mudah menemukan masyarakat asli Suku Sasak di Desa Sasak Sade. Desa ini berada di Lombok Tengah dan jaraknya tidak terlalu jauh dari Bandara Internasional Lombok, mengarah ke Kuta Mandalika. Di Desa Sasak Sade bukan hanya bisa melihat langsung budaya dan adat Suku Sasak, melainkan kamu bisa belajar banyak hal tentang Sasak Lombok.
Desa Sasak Sade sangat terbuka terhadap turis baik itu lokal maupun mancanegara. Berkunjung ke desa ini, kamu dapat mengetahui lebih dalam tentang budaya Sasak yang tak pernah berhenti dilestarikan dan dipromosikan sebagai budaya asli di Indonesia.
Perempuan asli Suku Sasak wajib bisa membuat tenun. Mereka sudah diajarkan untuk menenun sejak masih anak-anak. Bagi perempuan Sasak, belum boleh menikah jika belum bisa membuat tenun. Itu mengapa tradisi tenun dari Lombok, khususnya Desa Sasak Sade masih terus dilestarikan. Mereka tak segan untuk memperkenalkan tenun khas Lombok kepada wisatawan.
Ketika mengeksplor Desa Sasak Sade, kamu bisa melihat langsung bagaimana proses pembuatan tenun mulai dari tenun selendang, sampai songket. Bagi wisatawan, bisa juga mencoba belajar membuat tenun yang akan dipandu langsung oleh penenun asli Suku Sasak. Proses pembuatan tenun mulai dari 1 minggu sampai 1 bulan tergantung tingkat kesulitan dari tenun itu sendiri.
Uniknya lagi, setiap wisatawan diizinkan untuk memakai baju adat Lombok sebagai properti untuk berfoto. Bagi laki-laki, akan dibantu untuk menggunakan Pegon, dan bagi perempuan dibantu untuk menggunakan Lambung. Dengan begitu, kamu bisa lebih memahami proses pemakaian baju adat dari Suku Sasak.
Sudah tidak mengherankan mengapa Lombok sangat menarik untuk dikunjungi. Terlebih jika kamu suka wisata budaya. Lombok adalah salah satu tempat yang wajib dikunjungi. Mengenal budaya Sasak dan menggunakan pakaian adatnya, merupakan bentuk penghormatan terhadap budaya yang sudah ada sejak dulu. Yuk, wisata ke Desa Sasak Sade, dan pakai pakaian adat Suku Sasak!
Motif Kain Tenun dari Bima, NTB
Motif dan ragam hias yang dimiliki Bima tidak terlalu beragam, mengingat simbol dan gambar yang dijadikan motif tenun, berpedoman pada nilai dan norma adat yang Islami. Kita tahu, Kerajaan Dompu (Bima), merupakan kerajaan islam tersohor di bagian timur Nusantara, sehingga para penenun tidak boleh atau dilarang untuk memilih gambar manusia dan hewan sebagai motif pada tenunannya.
Umumnya, ragam hias kain tenun Bima memakai motif bunga atau geometris (jajaran genjang dan segitiga). Setiap unsur warna yang disematkan dalam sehelai kain tenun Bima, memiliki makna atau simbol tertentu. Seperti misalnya, warna biru simbol kedamaian dan keteguhan hati. Warna kuning bermakna kejayaan dan kebesaran. Warna hijau melambangkan kesuburan dan kemakmuran, dst.
Motif Bunga Samobo
Motif Nggusu Tolu atau Pado Tolu
Akhirnya, genap sudah saya sajikan 14 motif kain tenun dari Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur yang tersebar di beberapa tempat.
Semoga, suatu saat nanti para penenun di seluruh Indonesia difasilitasi pemerintah dan dunia perbankan agar mampu menjadi pelaku-pelaku industri dan perajin kecil-menengah, sehingga mereka mampu menghidupi keluarganya dari profesi mulia ini.
Bagaimanapun, kain tenun, sebagaimana kain batik, juga merupakan salah satu kekuatan devisa bangsa serta sumber daya potensial untuk dikembangkan ke mancanegara sebagai sebuah identitas bangsa akan kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia.
***
Artikel ini pertama kali diterbitkan pada tanggal 14 Februari 2015 dalam rangka #PostingBareng bersama teman-teman dari komunitas Travel Blogger Indonesia.
Melalui artikel ini, saya ingin menunjukkan kasih sayang kepada mereka, para perempuan-perempuan penenun luar biasa yang dengan cara luar biasa pula mengabadikan setiap motif-motif kain tenun yang sudah pernah mereka buat.
Namun, tak seluruh wilayah nusantara, karena kebetulan saya baru sempat mampir ke Lombok (NTB), Bima (NTB), Sumba (NTT), dan Flores (NTT) saja, dan itu pun masih belum semua. Semoga saja ada waktu, dan sponsorship kesempatan agar saya bisa melanjutkan perjalanan menyusuri daerah-daerah penghasil tenun di seluruh Indonesia.
Keahlian Menenun Diteruskan Turun-Menurun
Foto: Merah Putih
Keahlian menenun para penenun di Lombok ini didapatkan secara turun-temurun, yakni dari orangtua atau kakek-nenek mereka. Wajib bagi generasi selanjutnya untuk meneruskan estafet kemampuan menenun, karena ini bagian dari adat istiadat suku di Lombok juga, yaitu Suku Sasak.
Masyarakat Sasak, khususnya kaum perempuannya, banyak yang ahli menenun. Mereka wajib menerima ajaran ini sejak masih anak-anak. Bahkan ada aturan adat yang menyebutkan bahwa seorang perempuan Sasak harus berhasil menenun setidakynya 3 kain sebagai syarat menikah. Jika belum berhasil, artinya mereka belum mampu untuk berumahtangga.
Kemampuan ini diajarkan kepada para perempuan Suku Sasak juga dengan maksud agar mereka tidak pergi jauh dari lingkungan sukunya. Dengan demikian, keahliannya menenun bisa menjadi alternatif untuk menopang perekonomian keluarganya, serta menunjang aktivitas keharian mereka seperti digunakan dalam acara adat, beribadah, membedong bayi, selimut, serta penutup jenazah.
Desa Penghasil Kain Tenun Lombok
Foto: Datu Lombok Tour
Saat jalan-jalan ke Lombok banyak orang mengincar untuk mendatangi pulau Gili untuk menyelam atau naik ke Gunung Rinjani. Lombok memang memiliki banyak destinasi alam yang luar biasa.
Tapi satu lagi yang tidak boleh Anda lewatkan adalah mampir ke Desa Sade dan Desa Sukarara, dua desa terbaik penghasil kain tenun Lombok. Kedua desa ini juga disebut sebagai rumah bagi Suku Sasak, suku asli pulau Lombok. Jarak Desa Sade sendiri hanya 5 kilometer dari Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid, nih, Bunda.
Tags: tenun ikat lombok