Seni Tenun Ikat Ina Sabu - Keindahan dan Keterampilan dalam Kerajinan Tangan
Aksesoris khas berbentuk tiga tiang
Suku Sabu adalah salah satu suku yang menetap di Nusa Tenggara Timur. Lebih tepatnya, suku ini tinggal di Pulai Rai Hawu atau sering juga disebut dengan Pulau Sabu. Pulau Sabu ini sendiri sudah masuk dalam wilayah Kabupaten Kupang. Sehingga bisa dikatakan bahwa suku ini adalah salah satu suku yang memang sudah ada sejak lama di pulau ini.
Tidak hanya bahan kain tenun yang digunakan, namun ciri khas lainnya dari baju adat Suku Sabu di NTT ini adalah terletak pada aksesorisnya. Penggunaan aksesoris ini akan menambah lengkap penampilan pakaian adat NTT yang akan dikenakan. Beberapa jenis aksesoris yang digunakan antara lain seperti mahkota tiga tiang.
Mahkota ini akan dibuat dengan bahan emas yang mambuat kain adat sabu NTT ini tampak elegan. Selain itu, akan ada juga kalung multisalak, sabuk berkantong, perhiasan leher atau yang sering juga disebut dengan habas dan kemudian ada juga sepasang gelang emas. Selain itu, ciri khas baju adat ini juga terletak pada selendang yang disampirkan di bahu.
Pengaruh Luar
Semua orang Sawu menganut kepercayaan asli, jingi tiu. Setidaknya sampai 1860-an, saat Misi Kristen masuk secara besar-besaran. Sawu mulai terbuka. "Apabila hingga pertengahan pertama dari abad ke-19, Sawu relatif terisolir, maka sepanjang dekade 1860-an secara beruntun Sawu mengalami kontak yang makin intensif dengan dunia luar," tulis Nico L. Kana. Pengaruhnya terasa di tenun ikat. Antara lain muncul teknik ikat tiga warna dalam satu lajur ikat. "Tren baru dalam hal teknik ini memiliki tampilan menarik yang mungkin dikaitkan dengan kombinasi dari dua faktor: munculnya kelas penguasa baru dan konversi ke agama Kristen," tulis Genevieve dalam katalog Pameran Tekstil Sawu. Daud D. Tallo dalam "Pergeseran Kebudayaan Orang Sawu Pada Fungsi Kain Tenun Ikatnya di Desa Limaggu–Kupang NTT", tesis untuk Universitas Indonesia, memandangnya sebagai hasil difusi kebudayaan. Difusi itu berimbas pada motif tenun ikat Sawu.
"Motif-motif ini muncul belakangan yakni pada zaman Belanda misalnya motif pohon yang diambil adalah bunga, daun atau sulur-sulur daun, hewan seperti singa, burung, kupu-kupu, dan sebagainya," tulis Daud. Perempuan Sawu beroleh motif itu dari buku, tirai, atau sarung bantal Eropa.
Orang Sawu menggunakan tenun ikat bermotif tak asli untuk hidup keseharian. Tanpa perlu memandang asal-usul hubi dan wini-nya. Saat upacara ritus hidup seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian, mereka wajib menggunakan tenun ikat bermotif khas hubi dan wini-nya. Mereka beroleh tenun ikat itu dari orang tua mereka secara turun-temurun. Tradisi itu masih terjaga dengan sejumlah perubahan pada sisi teknis, tetapi bukan pada maknanya. "Demi masa depan yang lebih baik," kata Eu Dane O (48 tahun), perempuan penenun dari wini Ga Lega kepada Historia.id. Tapi dia khawatir juga kalau anak-anak Sawu lupa pada genealoginya. Mereka memang sudah bisa menulis dan membaca, tapi masih sulit mengenali motif masing-masing hubi dan wini. Apalagi perempuan muda penenun kian langka di Sawu. "Waktu mereka habis bersekolah. Pulang langsung mengerjakan tugas," lanjut Eu Dane O. Kini bisnis pariwisata memikat banyak orang di Sawu. Wisatawan tertarik dengan keindahan tenun ikat Sawu. Bahkan ada yang ingin membeli tenun ikat bermotif hubi dan wini warisan keluarga. Tawaran uangnya sering menggiurkan. Sebagian orang Sawu gamang juga. Sementara para calon pembeli tak mengerti makna historis kain Sawu. "Ada asumsi bahwa masyarakat yang tidak menulis adalah masyarakat yang tak punya sejarah. Tapi di Sawu tekstil adalah sejarah," kata Genevieve. Jual beli tenun ikat warisan keluarga berarti mengancam sejarah orang Sawu. Dengan memakai pakaian adat Sawu, Presiden Jokowi secara tidak langsung mengingatkan orang tentang ancaman terhadap makna pakaian Sawu.
Jenis Motif Kain Tenun dari NTT
Kain Tenun Jara Nggaja Ende
Kain tenun dari Nusa Tenggara Timur yang satu ini punya motif utama yang berbentuk heewan kuda dan gajah. Dua motif hewan ini punya makna dan filosofi lho.
Motif kuda sendiri melambangkan kendaraan menuju ke alam baka, sedangkan motif gajah melambangkan kendaraan dewa pemberi keadilan dalam kepercayaan masyarakat di Ende.
Ada kepercayaan yang cukup mistis dibalik Kain Tenun Jara Nggaja Ende lho! Konon katanya, pemakaian kain tenun motif ini harus tepat dan benar. Kalau enggak, dipercaya akan membawa penggunanya menuju kematian. Hiii merinding yaa!
Kain Tenun Kelimara Nggela
Kain Tenun Kelimara Nggela melambangkan kehidupan masyarakat di Nggela, NTT yang begitu harmonis dan menyatu dengan alam, terlebih gunung. Hal ini juga sebagai perlambang rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Motif Kelimara yang cantik lahir dari filosofi ini. Kain tenun Kelimara Nggela identik dengan motif segitiga serupa gunung yang menjulang ke atas. Umumnya berwarna coklat tua.
Kain Tenun Jarang Atibalang
Berikutnya ada kain tenun Jarang Atibalang. Kain tenun ini asalnya dari Maumere, Nusa Tenggara Timur. Tenun Jarang Atibalang ini kalau secara bahasa dapat diartikan, “jarang” yaitu kuda dan “atibalang” yakni manusia.
Sama seperti kain tenun Jara Nggaja di Ende, kain tenun Jarang Atibalang juga punya makna filosofis berupa kuda sebagai kendaraan manusia menuju ke alam berikutnya dalam kepercayaan masyarakat setempat.
Kain Tenun Lawo Butu
Motif yang satu ini dikabarkan udah hampir punah atau jarang sekali ditemui. Dapat dikatakan, kain tenun dengan motif Lawo Butu adalah kain tenun paling kompleks diantara kain tenun NTT lainnya!
Kain tenun Lawo Butu juga cukup unik lho! Kain tenun ini biasa dipakai menjelang upacara sakral untuk memanggil hujan. Motif-motif rumit dari kain tenun ini biasanya didominasi oleh motif kuda, sampan, gurita, dan masih banyak motif kompleks lainnya!
DISKUSI
Ulos Bolean Na.
Ulos Bolean Na Margatip merupakan ulos (kain wastra) yang digunakan pada saat acara berduka akan kematian atau musibah yang melanda. Ulos ini digunak.
Sangsang Horbo
Dalam pesta Batak, sangsang merupakan salah satu makanan yang biasa dihidangkan untuk para tamu, dan biasanya menggunakan daging babi. Namun ketika T.
Indahan Songko
Pada saat Tim Ekspedisi Batakologi menghadiri Acara Festival Wisata Edukasi Leluhur Batak di Samosir, terdapat salah satu hidangan yang disajikan pad.
Ihan Batak Nani.
Naniura adalah makanan khas Batak yang bahan utamanya adalah ikan. Keunikan dari naniura adalah daging ikan yang tidak dimasak menggunakan panas, tet.
Pasahat Ulian
Pasahat Ulian merupakan salah satu dari beberapa rangkaian acara yang diselenggarakan oleh Festival Wisata Edukasi Leluhur Batak, dimana acara ini be.
Tags: tenun ikat