Seni Tenun di Desa Sade, Lombok - Mengungkap Keindahan dan Keunikan Kain Tradisional
Mengenal Desa Sade, Desa Adat Suku Sasak: Keunikan, Harga Tiket, dan Aturan
Luas Desa Sade sekitar 5,5 hektar dan memiliki sekitar 150 rumah. Setiap rumah terdiri satu kepala keluarga. Semua penduduk Desa Sade adalah suku Sasak Lombok. Baca juga: Uniknya Rumah Adat di Desa Sade Lombok, Beratap Alang-alang dan Jerami Penduduk Desa Sade masih satu keturunan karena mereka melakukan perkawinan antar saudara.
KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Parajin kain songket di Desa Sade, Lombok.
Mata pencaharian penduduk Desa Sade adalah petani. Mereka menanam padi di sawah tadah hujan sehingga tidak ada irigasi dengan masa panen setahun sekali. Di tengah menunggu masa panen, penduduk Desa Sade memiliki pekerjaan sampingan menenun untuk memenuhi kebutuhan pokok. Jarak tempuh Desa Sade dari Kota Mataram sekitar 43 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih satu jam. Perjalanan ke Desa Sade dari Mataram dapat melalui Jalan By Pass Bandara Internasional Lombok.
Motif Bereng (Hitam)
Kain tenun bereng ini dinamakan kain bereng atau hitam dikarenakan warnanya yang dominan hitam. Kain tenun Bereng merupakan kain yang tidak memiliki motif, akan tetapi pada saat dilihat dengan jarak dekat, kain bereng memiliki motif garis yang berwarna abu-abu sehingga ketika dilihat dengan jarak jauh kain ini terlihat polosan saja. Bentuk kain ini hanya menggunakan warna hitam polos digunakan oleh para orang tua dan orang yang lagi sakit sebagai selimut untuk menghangatkan badan mereka dan kain tenun bereng ini juga digunakan waktu perayaan orang menikah. Kain Bereng menyimbolkan bahwa manusia adalah ciptan Tuhan yang berasal dari tanah maka manusiapun akan kembali ke tanah juga. Pada konteks ini tanah itu disimbolkan dengan warana hitam.
Daya Tarik Desa Sade
Desa Sade punya banyak sekali hal menarik yang wajib Anda coba. Berikut ini beberapa daya tarik yang membuat tempat ini layak untuk Anda kunjungi selama liburan:
Mengenal Ragam Rumah Tradisional
Salah satu daya tarik desa ini tentu saja keragaman budayanya yang bisa Anda lihat dari bangunannya. Bangunan yang ada di sini merupakan bangunan tradisional khas Suku Sasak dengan tiang serta dinding yang terbuat dari bambu.
Atapnya pun masih menggunakan alang-alang sehingga terlihat etnik. Setiap bangunan di sini memiliki tiga bagian berupa tempat tidur pria, lumbung dan tempat tidur perempuan, serta tempat melahirkan.
Jenis rumah yang ada di desa ini juga beragam seperti Bale Kodong, rumah khusus tempat orang tua atau warga menikah. Ada juga Bale Bonter tempat pejabat desa serta Bale Tani rumah tinggal warga pada umumnya.
Pagelaran Atraksi Peresean
Selain dari rumahnya, Anda juga bisa mengenal budaya Suku Sasak dari pagelaran seni tarinya. Seperti pada Tari Perang atau Peresean dimana dua pemuda saling beradu penjalin atau pemukul dan ende atau tameng.
Penjalin atau pemukul ini terbuat dari batang rotan yang panjang seperti pedang. Sedangkan ende atau tamengnya berasal dari kulit kerbau tebal yang berbentuk segi empat.
Tari perang ini sendiri awalnya bertujuan untuk memanggil hujan di musim kemarau. Namun sekarang tarian ini menjadi atraksi penghibur para wisatawan yang datang berkunjung.
Pohon Cinta
Daya tarik lain dari desa ini adalah keberadaan pohon cinta di tengah perkampungan. Pohon nangka yang sudah tua ini menjadi titik pertemuan sepasang kekasih yang akan menikah maupun sedang memadu cinta.
Biasanya saat upacara pernikahan, dari pohon ini calon mempelai pria akan menculik dan membawa kabur perempuan yang akan jadi calon istrinya. Keunikan inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Proses Pembuatan Kain Tenun
Foto: First Lombok Tour
Selain bahan dan warnanya yang dibuat dari bahan-bahan alami, proses pembuatan kain tenun Lombok juga masih menggunakan alat-alat tradisional yang sangat sederhana. Alat pemintal benangnya saja masih menggunakan potongan bambu yang dirangkai dengan benang juga yang dibuat menyerupai roda yang dapat diputar secara manual oleh si pembuat.
Itu proses pembuatan kain tenun songketnya, sedangkan pembuatan kain tentun ikatnya beda lagi. Untuk mendapatkan motif yang diinginkan, pengrajin harus mengikat bagian benang, kemudian mencelupkan bagian yang tidak diikat ke dalam zat pewarna.
Tahapan ini dilakukan berulang kali dan membuat ikatan lain lalu diwarnai lagi hingga mendapatkan motif bergaris yang khas. Proses ini biasanya bisa diselesaikan cukup 1 hari saja untuk ukuran kain kurang-lebih 3 meter. Hal yang unik, proses pembuatan kain tenun ikat ini dikerjakan oleh kaum laki-laki lho, bukan perempuan.
Tags: tenun lombok