Membahas Keindahan dan Makna Motif Hias Kain Tenun dalam Kerajinan Jarum dan DIY
Motif Kain Tenun dari Flores
Flores memiliki banyak sentra penghasil kain tenun, yang antara lain: Maumere, Sikka, Ende, Manggarai, Ngada, dan lain sebagainya. Setiap daerah atau etnis memiliki ragam motif, corak dan preferensi warna yang berbeda-beda dalam membuat kain tenun.
Kain tenun khas daerah Sikka misalnya, biasanya selalu menggunakan warna gelap seperti hitam, coklat, biru, dan biru-hitam. Untuk motifnya, cenderung menggunakan benda dan mahluk hidup yang berkaitan dengan laut. Seperti misalnya, figur nelayan, sampan, penyu, udang, atau kepiting. Wajar, karena nenek moyang mereka dahulu termasuk pelaut ulung dan tangguh.
Sementara, di Ende lebih banyak menggunakan warna cokelat dan merah serta memadukannya dengan ragam hias motif bergaya Eropa. Hal ini karena letak strategis Ende di pesisir selatan Flores yang memungkinkan orang-orang Ende zaman dahulu mudah berhubungan dengan bangsa pendatang, seperti orang Eropa. Ciri khas lain motif kain tenun Ende adalah penggunaan hanya satu jenis motif pada bidang di tengah-tengah kain.
Jarang Atabilang dari Maumere
Jara Nggaja dari Ende
Jara dari Desa Bena
Bintang Kejora dari Maumere
Motif Bintang Kejora berbentuk bintang berganda tiga yang melambangkan unit keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak. Persegi empat dengan isian belah ketupat kompleks melambangkan pertanda pencegah malapetaka. Sehingga, motif Bintang Kejora ini diyakini, pemakainya bisa mendapatkan penerangan atau petunjuk dan sekaligus kain itu digunakan sebagai media penolak malapetaka. Konon, dulunya motif ini merupakan motif khas yang khusus diperuntukkan bagi putri-putri Kerajaan Sikka. Dan sekarang-sekarang ini, motif Bintang Kejora atau sering juga disebut Mawarani inilah yang paling banyak diminati para perempuan dari berbagai negara.
Jenis dan Motif Kain NTT
Foto: kain tenun NTT (tripsumba.com)
Menurut proses produksi, jenis dan motif kain NTT ini terbagi menjadi beberapa jenis. Yaitu, tenun ikat, tenun buna, dan tenun lotis atau sotis atau songket.
1. Tenun Ikat
Seperti namanya, tenun ikat memiliki proses pembentukan motif dengan cara pengikatan benang. Di NTT, benang lungsi lah yang akan diikat dan akan menghasilkan motif yang unik.
Dalam pembuatan kain tenun ikat, maka benang akan digabungkan secara memanjang dan melintang.
2. Tenun Buna
Alhasil, teknik ini menghasilkan motif dengan berbagai warna yang begitu memikat mata.
3. Tenun Lotis
Ini adalah kain khas NTT yang sering disebut dengan kain songket dan memiliki proses pembuatan yang mirip dengan tenun buna.
Warnanya identik dengan warna dasar gelap seperti hitam, cokelat, biru tua, dan merah hati.
Perajin tenun biasa menggunakan pewarna alami seperti tauk, mengkudu, kunyit, dan tanaman lainnya.
Yakni, bisa mempercepat proses pengerjaan, tahan luntur dan sinar, tahan gosok, serta warnanya juga lebih beragam.
Selain itu, di masyarakat NTT, motif tenun dapat mencirikan dari mana si pemakai berasal. Sebab, dalam motif tenun tergambar ciri khas suatu suku atau pulau yang ia diami.
Motif di kain tenun merupakan wujud dari kehidupan masyarakat dan bentuk ikatan emosional yang erat dengan masyarakat tersebut.
Masyarakat NTT begitu bangga dan senang menggunakan tenunan asal sukunya, dan sebaliknya mereka akan canggung dan malu jika menggunakan tenunan dari suku lain.
Tiap kerajaan, kelompok suku, wilayah dan pulau juga menciptakan sejumlah pola atau motif hiasan yang khas pada tenunannya.
Kemudian, diturunkan dengan cara mengajarkan kepada anak cucu mereka supaya kelestarian seni tenun terus terjaga.
Bahan Pembuatan Tenun
Bahan pembuatan tenun ikat di daerah NTT ini dapat terbagi menjadi dua kategori yaitu :
- Bahan alami. Umumnya, bahan alami di Sumba terbuat dari tanaman kapuk randuyang kapasnya dipintal. Sementara kulit batang kayu randu akan menjadi benang untuk sulaman lawu. Selain itu, ada juga bulu hewan, biji tanaman, serat daun, serat batang pohon, serat akan dan mineral seperti emas dan perak. Semuanya termasuk dalam kategori bahan alami.
- Bahan sintesis. Bahan yang termasuk sintesis adalah benang polyester dan sejenisnya.
Demikian perkenalan kita dengan kain tradisional dari pulau Sumba di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Semoga menambah pengetahuan kita sekaligus meningkatkan rasa bangga pada kekayaan ragam budaya nusantara.
Mengenal Kain Tenun sebagai Kain NTT
Foto: tenun NTT (indonesia.go.id)
Selain itu, tenun bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur dipandang sebagai harta berharga milik keluarga yang bernilai tinggi.
Harganya menjadi sangat tinggi karena tingkat kesulitan dalam proses pembuatan. Selain itu, model motif tenun yang dihasilkan penenun juga berbeda-beda.
Tak heran, proses menenun itu menghasilkan harga kain yang cukup mahal. Harga kain NTT bahkan bisa dijual hingga ratusan juta Rupiah.
Bahkan saking berharganya hasil karya tersebut, kain bekas pakai tersebut juga masih memiliki harga jual yang tinggi.
Dahulu kala, kain tenun dibuat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, yakni sebagai busana biasa.
Namun kemudian, cara memakai kain NTT ini berkembang untuk kebutuhan adat, seperti upacara, tarian, perkawinan, dan pesta.
Hingga kini, kain tenun juga biasa digunakan sebagai selendang, sarung, selimut, hingga pakaian.
Sejak itulah diperkirakan masyarakat setempat sudah mengenal seni dan budaya, seperti misalnya kegiatan menenun.
Makna Filosofis 14 Motif Tenun dari Nusa Tenggara
Seperti halnya puisi yang sarat makna, tiap lembaran kain tenun pun berusaha menyampaikan suatu kisah, nilai-nilai, atau makna filosofis kepada dunia luas. Dan kisah masing-masing tenun itu, tidak akan pernah sama antara yang satu dengan yang lainnya.
Hampir di setiap pelosok bumi nusantara ini menghasilkan kain tenun yang indah dengan beragam makna di dalamnya. Dari mulai Jawa, Sumatera, Maluku, Papua, Kalimantan dan seterusnya.
Pekerjaan menenun merupakan seni kerajinan tangan turun-temurun yang diwariskan oleh nenek moyang. Keragaman suku, etnis, budaya, adat, keyakinan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, turut memperkaya khasanah ragam motif kain tenun di Indonesia.
Joseph Fisher, seorang pengamat tekstil dunia menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara penghasil seni tenun yang paling kaya dan canggih yang pernah ada di dunia.
Umumnya, motif tenun berupa benda hidup naturalistis seperti manusia, hewan dan tumbuhan yang ada di sekitar para penenun.
Motif manusia digambarkan melalui sosok tubuh dan anggota tubuh dan biasanya diwujudkan secara utuh. Motif hewan dilukiskan dengan dua cara, baik secara utuh maupun hanya anggota badan saja (bagian ekornya, sayap atau kepala). Sedangkan ragam hias atau corak tenun, biasanya berupa tangkai kembang, suluran, belah ketupat, ujung tombak, tanda silang, titik-titik, persegi empat, dll.
Bagi saya yang awam, memahami masing-masing motif dan ragam hias tenun, bukanlah pekerjaan mudah.
Terkadang, saking rumit dan abstraknya, saya sampai perlu memicingkan mata dan mengerutkan kening untuk bisa memahami motif dan ragam hias kain tenun. Apalagi memahami pesan atau maknanya.
Namun di luar hal tersebut, melihat beragam warna, motif dan rajutan benang yang membentuk garis, titik-titik, lengkungan, segi empat, dan lainnya, di dalam sehelai kain tenun, sanggup mempesona dan mencuri hati saya.
Tags: tenun motif