Motif Tenun Bima - Keindahan Budaya dalam Karya Jarum dan DIY
4 Motif Tembe Nggoli, Kain Tenun Khas Suku Mbojo Bima Dompu, NTB, yang Paling Populer
Motif dan warna kain tenun Tembe Nggoli di Desa Ranggo, Kecamatan Pajo, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat adalah motif-motif tradisional seperti garis, geometris, bunga, dan tumbuhan. Motif ini tidak terlepas dari adanya aturan adat yang menentukan bentuk apa saja yang dapat dijadikan motif pada kain tenun, dan juga karena kuatnya pengaruh ajaran agama Islam yang tidak memperbolehkan menggunakan bentuk makhluk hidup sebagai bentuk motifnya. Sedangkan warna kain tenun Tembe Nggoli terdiri dari warna kuning, hijau, biru, merah muda, merah, biru tua, biru muda, hitam, dan putih.
Dalam kehidupan masyarakat Dompu Nusa Tenggara Barat tidak terlepas dari simbol yang mengandung makna filosofis. Begitu juga dengan Kain Tenun Tembe Nggoli Khas Bima dan Dompu yang memiliki makna simbolik dibalik motif. Simbol-simbol ini merupakan hasil karya atau perilaku manusia yang dituangkan dalam sebuah seni tenun yang mempunyai makna dalam kehidupan masyarakat. Berikut ini tipe-tipe motif dan warna kain tenun Tembe nggoli beserta makna-makna simbolis yang terkandung di dalamnya :
Muna (Menenun)
Dok. Pribadi/Ayu Mara Qonita
Hasil tenunan ini memiliki motif serta warna yang bermacam dan semakin sulit motif atau semakin bagus kualitas benang yang digunakan, maka semakin mahal juga harganya. Contohnya seperti kain Weri yang digunakan oleh laki-laki dengan cara mengikatkannya di bagian pinggang. Namun, harga yang diberikan itu setara dengan kualitas kain tenunnya.
Sebagai salah satu produk yang unik, sambolo merupakan pelengkap pakaian adat Bima yang berupa ikat kepala dari kain tenun. Di UKM, umumnya sambolo yang dibuat dari kain khusus dijual dengan harga Rp60.000 sampai Rp150.000, sedangkan untuk harga sarung berkisar Rp200.000 hingga Rp2.000.000, tergantung jenis dan bahan kain.
Sebagai daerah yang terdapat banyak pengrajin tenun, tidak jarang Kota Bima menjadi tujuan para wisatawan untuk lebih mengenal salah satu budaya Bima ini. Para wisatawan tidak hanya dapat menyaksikan pembuatan kain tenun dari proses awal, bahkan mereka juga dapat ikut serta dalam pembuatannya.
Untuk lokasinya sendiri, di wilayah timur kota Bima terdapat kelurahan-kelurahan penghasil kain tenun Bima asli lainnya seperti kelurahan Ntobo, Rabadompu Barat, Rabadompu Timur, Rite, Penanae, dan Nitu. Sedangkan di Kecamatan Raba atau di Kecamatan Rasanae Timur, penghasil kain tenun dapat dijumpai di kelurahan Lelamase, Oi Fo'o, Kumbe, dan Nungga.
Selain itu, kelurahan-kelurahan tersebut terletak di pinggiran kota yang masih asri dan kental dengan nuansa pedesaannya. Sangat disayangkan apabila mengunjungi Kota Bima tanpa singgah di tempat wisata tenun tersebut.
Sejarah Batik di Nusa Tenggara Barat
Meski demikian, ada keyakinan tentang jejak budaya membatik dari Kerajaan Majapahit (Jawa). Saat Majapahit mendatangi kawasan Kerajaan Selaparang di Nusa Tenggara, batik menjadi salah satu pertukaran budaya di masyarakat lokal.
Sisa-sisa budaya membatik tampak pada model ikat kepala sapuq (sapuk atau udeng NTB) yang umumnya dari kain batik. Selain itu sebagian perempuan suku di NTB mengenakan pakaian adat untuk keluar rumah seperti sinjang (kain panjang) dari batik lasem Rembang maupun selendang.
Bagi masyarakat Nusa Tenggara sendiri, kegiatan menenun lebih berkembang dan secara tradisi lebih dominan dilakukan dibandingkan membatik. Namun demikian, saat batik mulai berkembang lagi di wilayah ini, teknik yang digunakan untuk membuat batik pun terlihat unik.
Misalnya, teknik melepas lilin yang menggunakan besi panas, meskipun ada juga yang memakai teknik perendaman yang lazim di Jawa. Selain itu, perajin batik NTB secara kreatif menggabungkan teknik tenun dan membatik dalam menghasilkan selembar kain bermotif.
Tags: tenun motif