Keindahan dan Makna Motif Tenun Siak dalam Seni Menjahit dan Kerajinan Sendiri
Corak dari Alam
Tenun Siak diadaptasi atau bersumber dari alam, seperti flora, fauna, dan juga benda-benda angkasa. Corak itulah yang menjadi pola utama, lalu dibuat dalam bentuk-bentuk tertentu.
Misalnya, Bunga Kundur, Bunga Hutan, maupun dalam bentuk yang sudah diabstrakkan atau diubah sehingga tak lagi berbentuk wujud aslinya.
Bentuk-bentuk yang sudah diabstrakkan tersebut, contohnya seperti Itik Pulang Petang, Semut Beriring, dan Lebah Bergantung.
Dari keseluruhan corak yang ada, lazimnya masyarakat Riau cenderung menggunakan corak flora atau tumbuhan. Hal ini dikarenakan corak tersebut biasa digunakan oleh orang Melayu yang mayoritas beragama Islam.
Selain itu, penggunaan corak flora ini menghindari dari maksud yang terkait dengan hal-hal yang berbau "berhala".
- Mengenal Dongkrek, Kesenian Tradisional dari Madiun yang Hampir Punah
- Mengenal Tari Tanduak, Tarian Tradisional Warisan Kerajaan Jambu Lipo di Sumatra Barat
- Tradisi Nirok Nanggok, Cara Masyarakat Belitung Mencari Ikan di Sungai Ketika Musim Kemarau Tiba
- Tinggal Dekat dengan Perbatasan Malaysia, Begini Kehidupan Masyarakat Suku Dayak Iban
- Kejagung Buka Suara soal Peluang Panggil Sandra Dewi di Kasus Korupsi Harvey Moeis
- VIDEO: Timnas U 23 Kalahkan Korsel, STY Ternyata Jadi Ancaman Besar & Dianggap Punya Mata-Mata?
Mengandung Nilai-Nilai Luhur
Masyarakat Riau percaya terdapat nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam motif tenun Siak ini. Nilai tersebut mengacu pada sifat-sifat dari setiap benda atau mahluk yang dijadikan corak di kain tenun Siak tersebut.
Dari nilai-nilai setiap sifat tadi, dipadukan dengan nilai-nilai kepercayaan dan budaya tempatan, kemudian dikaitkan dengan nilai luhur agama Islam.
Contoh dari nilai-nilai luhur di kain tenun Siak ini yaitu nilai-nilai ketakwaan yang tertuang pada motif bintang-bintang. Lalu nilai kerukunan tertuang pada motif Balam Dua Setengget, Akar berpilin dan Kembang Setaman.
Kemudian, nilai kasih sayang tertuju pada motif seluruh corak bunga-bungaan atau flora seperti Bunga Kundur, Bunga Melati, Kembang Setaman, dan lain sebagainya.
Terakhir, nilai kesuburan yang menggambarkan corak Kaluk Paku dan juga Awan Larat.
Sejarah Kain Tenun Siak
Tenun siak pada awalnya diperkenalkan oleh seorang pengrajin bernama Wan Siti binti Wan Karim, yang didatangkan Kerajaan Terengganu, Malaysia pada masa kerajaan Siak. Pengrajin tersebut merupakan seorang ahli yang terampil dalam bidang menenun dan ia mengajarkan bagaimana cara bertenun di area kerajaan.
Awalnya tenun yang diajarkan adalah tenun tumpu dan kemudian berganti menggunakan alat yang disebut “kik” sehingga menghasilkan kain tenun siak. Kain tenun siak ini pada mulanya dibuat diperuntukkan hanya untuk kalangan bangsawan saja.
Namun, seiring dengan perkembangan jaman yang sudah maju kain tenun siak ini bisa digunakan oleh masyarakat Riau maupun luar Riau. Menurut masyarakat Riau, seseorang yang menggunakan kain ini simbol dari kebesaran dan kebanggan.
Sedangkan bagi para pembuat kain tenun siak ini dianggap sebagai pengabdian kepada kerajaan. Kik merupakan alat tenun yang sederhana terbuat dari bahan kayu dengan ukuran sekiar 1 x 2 meter.
Sesuai dengan alat tenunnya, maka lebar dari kain yang dihasilkan juga tidak lebar. Apabila ingin digunakan sebagai kain sarung harus disambung terlebih dahulu, karena tidak cukup jika hanya menggunakan satu kain saja,
Di dalam menenun pastinya dibutuhkan benang, jaman dahulu menggunakan benang sutera. Namun pada saat ini benang sutera sulit untuk didapatkan dan penenun menggunakan benang katun.
Jaman dahulu, para pengrajin harus memahami makna dan falsafah yang terkandung di dalam setiap motif dari kain tenun siak. Menurut orang tua melayu Riau, makna dan falsafah tersebut selain dapat meningkatkan minat orang orang untuk menggunakan motif tersebut, juga dapat digunakan untuk menyebarkan nilai nilai ajaran agama.
Tags: tenun motif