Keindahan Tenun Lombok dalam Kerajinan Jarum dan DIY
Kain Tenun Desa Pringgasela
Uniknya, kegiatan menenun di Desa Pringgasela sudah menjadi profesi sebagian besar warganya. Sehingga bisa dibilang, ada ataupun tidak ada wisatawan yang berkunjung melihat mereka, warganya ya tetap menenun. Hal unik lainnya dari kain tenun yang dihasilkan di Pringgasela yaitu ciri khasnya yang menggunakan pewarna alami, seperti dari akar, dedaunan dan masih banyak lagi. Penasaran seperti apa cantiknya kain tenun di Desa Pringgasela? Disimak yuk tulisan berikut ini.
Sudah 6 tahun saya tinggal di Lombok, tapi baru belakangan ini saya mengetahui bahwa Pringgasela adalah desanya para penenun. Berawal dari undangan yang kami para blogger terima dari Jejak Black Barry Adventure beberapa waktu yang lalu, dimana selain bermain river tubing, menikmati aneka menu rumahan khas Lombok, kami pula diajak berkeliling ke rumah-rumah warga untuk melihat langsung aktivitas menenun di sana. Barry Perdana Putra, pendiri Jejak Black Barry Adventure, menjelaskan kalau dirinya tidak menjamin saat kami berkunjung nanti akan melihat langsung proses menenun tersebut. Sebab memang tidak pernah dipersiapkan untuk dilihat wisatawan, para penenun melakukan kegiatannya seperti saat melakukan aktivitas pada umumnya. Jika mereka lelah, mereka akan beristirahat. Mereka menenun sesuka hati, bisa di teras, bisa pula di dalam kamar, yang tentu saja ada kalanya kita bisa melihatnya langsung serta tidak jarang juga hanya bisa mendengar suara hentakan kayu peralatan tenunnya. Meskipun demikian, Barry dan para pemuda lainnya di sana meyakinkan kami, bahwa sebagian besar warga Pringgasela adalah penenun.
Ternyata benar juga apa yang mereka katakan, selama berkeliling ke rumah warga, terlihat peralatan menenun di sejumlah teras rumah. Bunyi kletak kletak pun terdengar sahut-sahutan. Selain para penenun, kami juga melihat langsung mereka yang sedang memintal benang, merebus akar/batang dan menjemur dedaunan yang akan dijadikan bahan pewarna alami, melihat proses benang yang direndam dengan air beras ketan agar lebih kuat dan lainnya. Kalian yang berencana ke Lombok, jangan sampai lupa untuk berkunjung ke Desa Pringgasela!

Kain Tenun dengan Warna Alami
Salah satu ciri khas dari kain tenun di Desa Pringgasela adalah pewarnanya yang berasal dari bahan alami, seperti potongan kayu banten, kayu nangka, kayu secang serta aneka dedaunan. Kain tenun yang terbuat dari pewarna alami bisa kita lihat dari warna-warnanya yang cenderung lebih lembut (soft) dibanding warna kain tenun umumnya. Walau memiliki ciri khas kain tenunnya berwarna alami, di Desa Pringgasela dibuat pula kain tenun bagi anda pecinta warna-warna terang alias ngejreng, yang warnanya berasal dari pewarna sintetis. Tentu saja, untuk harga kain tenun berwarna alami akan lebih mahal dibanding yang berwarna sintetis.

Proses menenun
Proses yang paling lama dalam pembuatan kain adalah penenunan. Konon proses ini membutuhkan waktu satu minggu hingga satu bulan. Alat-alat yang digunakan dalam proses ini merupakan alat tradisional yang dioperasikan oleh tenaga manusia secara manual. Biasanya alat-alat tersebut diturunkan dari generasi ke generasi.
Keahlian menenun merupakan keahlian turun-temurun yang diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Karena ia menjadi bagian dari adat itu sendiri. Keahlian ini dikenalkan oleh suku sasak pada anak-anak mereka sejak dini. Bagi seorang wanita, kemampuan menenun adalah sebuah kewajiban. Bahkan mereka beranggapan bahwa seorang perempuan sasak yang belum bisa menenun berarti belum mampu untuk berumahtangga.
Keterampilan menenun diajarkan pada wanita suku sasak sejak mereka masih remaja. Para perempuan suku sasak diajarkan demikian karena mereka tidak boleh pergi jauh dari lingkungan sukunya. Sehingga menenun diharapkan mampu menjadi alternatif untuk membantu mendukung perekonomian keluarga. Juga sebagai salah satu aktivitas produktif yang bisa mengisi hari-hari mereka. Para wisatawan yang berwisata ke Lombok bisa belajar langsung bagaian cara menenun saat mengunjungi sentral produksi kain tenun.

Desa tenun Suku Sasak
Terdapat dua desa penghasil tenun terbaik di Pulau Lombok, yakni Desa Sukarara dan Desa Sade. Kedua desa tersebut juga menjadi pusat budaya asli sasak. Sehingga para wisatawan yang mengunjungi Lombok bisa belajar dan mengetahui adat-istiadat Suku Sasak di sana. Di kedua desa ini para wisatawan bisa mengetahui cara pembuatan kain tenun tradisional suku sasak, juga bisa mencoba langsung terlibat dalam pembbuatannya.
Demikian ulasan terkait dengan kain tenun khas yang berasal dari Lombok, yakni kain tenun sasak. Menarik bukan? Kain tenun ini biasa dijadikan oleh-oleh khas yang selalu diburu oleh para wisatawan. Informasi lainnya tentang oleh-oleh khas Lombok bisa Anda baca lebih lanjut di sini. Di Lombok, selain bisa belajar budaya sasak, Anda bisa melihat sendiri proses pembuatan kain tenun sasak dari dekat dengan mengunjungi Desa Sukarara dan Desa Sade. Disamping itu, Anda juga bisa langsung terlibat dalam pembuatan kain tersebut.

Transaksi di Luar Negeri saat Liburan Bareng Si Kecil Makin Mudah Pakai BRImo, Ini Caranya!
Salah usaha yang melestarikan kain tenun adalah Tenun e-Boon. Produk tenun lokal yang di proses 100% secara handmade oleh para pengrajin yang berlokasi di Lombok. Tenun e-Boon menawarkan kualitas tenun terbaik karena secara produksi, dibutuhkan waktu 1,5-2 bulan untuk satu lembar kain.
Usaha yang bergerak dibidang produksi dan penjualan ini diteruskan oleh Novita Ratnasari. Ia memasarkan kain tenun ke Jakarta untuk dijual. Ternyata banyak peminat tenun yang menyukai karya e-Boon. Dari tenun ikat dan songket, kini tenun e-Boon hadir dalam bentuk kain dan fashion.
Saat ini, e-Boon memiliki satu orang karyawan dengan gaji UMR Jakarta. Ada juga karyawan tidak tetap, seperti tukang jahit (4), penenun songket (20 orang) dan penenun tenun ikat (3 orang), yang dibayar dengan sistem upah.
Dari modal pribadi Rp10 juta, Novita kini bisa memiliki aset seperti tempat kerja/workshop yang merupakan 1 buah rumah tipe 93m2, mesin jahit 6 set, Atbm 3 set dan benang 500kg.
Dengan aset yang dimiliki itu, e-Boon juga berusaha melakukan regenerasi penenun dengan cara melakukan pelatihan tenun di Lombok atau luar daerah. Dan e-Boon pun kini menjadi salah satu peserta dalam Festival Kreatif Lokal 2020.
Perlu diketahui, Tenun e-Boon merupakan finalis dari Kreatif Lokal Award 2020 yang diselenggarakan oleh Adira Finance.
Batik Bangsawan masuk dalam kategori Kriya yang bersaing dengan Dekardekorshop, serta Bangsawan Indonesia Tekstil.
Kreatif Lokal Award 2020 merupakan bagian dari Festival Kreatif Lokal 2020 yang menjadi kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dari Adira Finance bekerjasama dengan Kemenparekraf RI bertemakan #BangkitBersamaSahabat. Festival ini diadakan mulai Agustus 2020 hingga Januari 2021 mendatang. Kegiatan ini sebagai bentuk dukungan Adira Finance terhadap program Kemenparekraf RI #BeliKreatifLokal dan Bangga Buatan Indonesia.

Tags: tenun lombok