"Karya Seni Tikar Pandan - Pusat Pengrajin Unggulan"
Lokasi Sentra Tikar Pandan
Sentra tikar pandan berada di Desa Somawangi, Kecamatan Mandiraja. Sepanjang melewati jalan di empat rukun tetangga, kita akan disuguhi pemandangan berupa kumpulan daun pandan yang sedang dijemur di teras rumah warga.
Lokasinya bukan di pedalaman, sih. Hanya saja cukup jauh dari pusat kota dan akses jalannya pun kurang mendukung. Itu sebabnya keberadaan sentra ini kurang diketahui publik.
Padahal, dalam empat RT, ada sekitar 150 ibu-ibu yang rutin membuat tikar pandan. Aku kagum karena perempuan di sini tak hanya berpangku tangan. Tapi mau ambil peran demi kehidupan yang lebih mapan. Meskipun menganyam cuma sambilan, nyatanya bisa menjadi salah satu sumber penghasilan.
Sentra Kerajinan Wayang Kulit, Pucung
Selama hampir 100 tahun Desa Pucung terkenal sebagai desa wayang kulit. Desa ini sudah resmi dinobatkan sebagai Sentra Kerajinan Wayang Kulit oleh pemerintah Kabupaten Bantul.
Desa wisata Pucung terletak di Kalurahan Wukirsari, hanya berjarak 2 km dari Makam Raja-Raja Imogiri. Selain keahlian penduduknya membuat wayang kulit, keindahan alamnya yang asri dengan suasana pedesaan juga menjadi daya tarik tersendiri.
Sejarah Pucung menjadi kampung pengrajin wayang kulit berawal dari mbah Atmo Karyo yang menjadi Lurah Dusun Pucung pada tahun 1917. Pada masa itu menjadi seorang Lurah harus mendapatkan pelatihan dari Panewu (Camat) yang memiliki hubungan langsung dengan keraton Jogja. Pelatihan mbah Atmo langsung dibina oleh Sultan Hamengkubuwono VII. Maka secara tidak langsung, mbah Atmo pun menĀjadi abdi dalem Keraton.
Mbah Atmo alias Mbah Glemboh kemudian diberi tugas Sultan untuk merawat dan menjaga wayang keraton. Saat itulah ia tertarik untuk membuat wayang kulit sendiri. Bersama dengan empat orang tetangganya: Mbah Reso Mbulu, Mbah Cermo, Mbah Karyo, dan Mbah Sumo, mbah Glemboh mulai belajar menatah wayang.
Mbah Glemboh awalnya hendak memperlihatkan hasil karyanya kepada Sultan. Namun di tengah perjalanan, BeĀlanda melihat hasil karya tersebut lalu membeli semuanya. Tambahan pula, pemilik salah satu toko batik terkenal yang kebetulan melihat, membawa wayang itu, kemudian membeli dan memajang wayang Mbah Glemboh di toko batiknya.
Dari sinilah wayang kulit mbah Glemboh semakin dikenal dan laris dibeli orang. Hingga kini, anak keturunan mbah Glemboh beserta segenap warga desa Pucung aktif memproduksi tatah sungging wayang.
Tags: pusat