Mengatasi Serat Merah di Feses Bayi - Tips dan Trik untuk Pekerjaan Jahit dan Kerajinan DIY
Kapan harus ke dokter?
Orang tua wajib untuk segera melakukan pemeriksaan ke dokter apabila melihat warna feses putih atau merah di popok Si Kecil yang terkena diare. Sebab dua warna tersebut seharusnya tidak boleh ditemukan di dalam popok bayi maupun pada orang dewasa.
Hubungi dokter apabila bayi terlalu sering buang air besar, yaitu lebih dari 10 kali dalam sehari. Apalagi jika kondisi bayi disertai gejala berikut ini yang disertai kondisi diare:
- kerap muntah
- ruam pada kulit
- demam
- berat badan menurun dan tak bertambah
- feses berwarna merah atau putih
Bunda, demikian penjelasan lengkap mengenai warna feses terkait diare pada bayi. Kondisi satu ini wajib menjadi hal yang diwaspadai oleh orang tua yang memiliki bayi. Sebab, di usia tersebut, Si Kecil adalah pihak yang begitu rentan terkena diare. Semoga informasi ini bermanfaat dan dapat membantu, ya.
Feses Bayi Berwarna Hitam Gelap, Berbahayakah? Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya
Mengenal BAB Bayi Baru Lahir atau Newborn yang Sehat dari Tekstur hingga Warna
Ketahui Frekuensi BAB Bayi Baru Lahir agar Kesehatannya Terpantau
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)

8 Ciri bayi diare yang harus orangtua waspadai
Mengetahui tanda-tanda bayi terkena diare adalah keharusan yang orang tua perlu waspadai. Ini adalah langkah penting dalam merawat kesehatan Si Kecil. Merangkum dari laman Hello Doctor dan sumber lainnya, berikut adalah delapan ciri-ciri dari bayi yang terkena diare:
1. Frekuensi BAB yang meningkat
Tanda pertama yang paling khas dari diare pada bayi adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya.
Menurut Seattle Children’s Hospital, frekuensi buang air besar yang normal untuk bayi yang mengonsumsi ASI adalah enam kali sehari. Sementara itu, bayi yang diberi susu formula akan buang air besar hingga 8 kali sehari pada minggu pertama.
Kemudian, memasuki usia dua bulan, frekuensi buang air besar umumnya akan berkurang. Bayi usia dua bulan ke atas yang mendapatkan ASI biasanya akan buang air kecil tiga kali sehari. Lalu, bayi yang diberi susu formula biasanya akan buang air 1–2 kali sehari.
Nah, apabila Bunda mengamati kebiasaan buang air besar bayi menjadi lebih sering dari biasanya, maka ada kemungkinan Si Kecil mengalami diare.
2. Feses berair dan berbau busuk
Selain buang air besar yang lebih sering, ciri-ciri bayi diare lainnya yang perlu diperhatikan adalah bentuk dan warna feses bayi.
Feses bayi yang sehat dan minum ASI akan lembut dan berwarna kekuningan. Sementara itu, feses bayi yang minum susu formula lebih padat dan berwarna cokelat.
Jika Bunda melihat bentuk dan warna feses Si Kecil berubah secara drastis, ini bisa jadi merupakan tanda diare pada bayi. Feses bayi yang mengalami diare umumnya akan lebih cair dengan bau busuk yang lebih menyengat. Terkadang, diare juga dapat membuat bayi mengeluarkan feses berlendir.
3. Demam
Demam merupakan salah satu respon tubuh yang menandakan bahwa sistem kekebalannya sedang berupaya melawan infeksi dari bakteri. Saat bayi terkena diare, suhu tubuhnya akan mengalami peningkatan daripada biasanya.
Cara mengatasi diare pada bayi
Diare yang disebabkan oleh infeksi virus dapat pulih dengan sendirinya dalam beberapa hari. Namun, penting bagi bayi untuk tetap mendapatkan cukup cairan dan nutrisi selama mengalami diare. Berikut adalah beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diare pada bayi:
1. Pemberian ASI dan cairan elektrolit
Pada bayi diare yang berusia kurang dari enam bulan, Bunda bisa memberikannya asupan ASI yang lebih sering. Sebab, di dalam ASI terdapat kandungan nutrisi yang dapat menggantikan cairan dan nutrisi yang hilang selama bayi sering BAB.
Kemudian, kandungan dari ASI juga terdapat antibodi yang berguna untuk menguatkan bayi melawan bakteri atau virus penyebab diare. Selanjutnya, di usia lebih dari enam bulan, Bunda bisa memadukan pemberian ASI yang diselingi cairan rehidrasi oral, seperti oralit, tiap kali bayi BAB atau muntah.
2. Pemberian probiotik
Beberapa studi menyatakan bahwa memberikan probiotik dapat membantu menjaga kesehatan pencernaan selama diare. Maka dari itu, Bunda bisa memberikan Si Kecil suplemen atau makanan yang mengandung probiotik, seperti yoghurt, saat ia terkena diare.
3. Memberikan suplemen zinc
Pemberian suplemen zinc diyakini dapat mengatasi diare pada balita. WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan bayi yang menderita diare serius dapat mengonsumsi suplemen zinc selama 10–14 hari.
Dosis pemberiannya sekitar 10 mg per hari untuk bayi berusia di bawah enam bulan. Di sisi lain, balita dapat mengonsumsinya sebanyak 20 mg per hari. Untuk mendapatkan dosis dan cara pemberian suplemen yang benar dengan hasil yang maksimal, Bunda bisa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter anak.
Apabila dari cara-cara di atas, penyakit diare yang diderita Si Kecil tidak lekas membaik, maka Bunda perlu segera memeriksakan ia ke dokter untuk mendapatkan perawatan yang intensif.
Tags: benang bayi feses