Kerajinan Wayang Kulit - Keindahan Seni Sulaman Jarum dan Karya DIY
Sentra Kerajinan Gerabah, Kasongan
Cerita yang banyak beredar tentang Desa Kasongan adalah tentang kuda dan Belanda. Pada masa penjajahan, di area persawahan milik salah satu warga ditemukan seekor kuda yang mati. Diduga kuda tersebut adalah milik seorang reserse Belanda.
Sang pemilik ketakutan, sampai sampai ia langsung pergi dan melepaskan kepemilikan tanah tersebut. Hal ini juga diikuti oleh penduduk lain yang memiliki sawah di sekitarnya.
Begitu banyak tanah yang ditinggalkan hingga datang penduduk dari tempat lain yang kemudian mengakui hak atas tanah tersebut. Para pendatang mulai memanfaatkan sumber alam yang ada di sekitarnya yaitu tanah liat.
Pada awalnya kerajinan gerabah tanah liat yang mereka produksi hanya untuk mainan anak anak dan perabot dapur saja.
Lama kelamaan unsur artistik ditambahkan dan mengalami perkembangan hingga menjadi komoditas artistik yang memiliki nilai jual tinggi.
Sejak dekade 70-an, Desa Wisata Kasongan mengalami kemajuan cukup pesat. Sapto Hudoyo, seorang seniman besar Yogyakarta, turut membantu mengembangkan Desa Wisata Kasongan dengan membina masyarakatnya untuk memberikan berbagai sentuhan seni dan komersial bagi desain kerajinan gerabah.
Kini, gerabah yang dihasilkan tidak menimbulkan kesan yang membosankan dan monoton, tetapi dapat memberikan nilai seni dan nilai ekonomi yang tinggi. Keramik Kasongan dikomersialkan dalam skala besar oleh Sahid Keramik sekitar tahun 1980-an.
Mengunjungi Sentra Kerajinan Kriya Bantul, Kawasan Kreatif yang Mendunia
Sebagai pusat industri kreatif, Bantul punya beberapa sentra kerajinan yang sangat dikenal oleh wisatawan. Mulai dari kulit, batik, hingga keris semua siap menyambut wisatawan demi buah tangan yang menawan.
Desa Manding dikenal sebagai salah satu sentra kerajinan kulit terbesar. Desa ini sudah aktif memproduksi kriya berbahan kulit sejak tahun 1947.
Beberapa produk yang dihasilkan adalah sepatu, tas, dompet, dengan kualitas yang internasional. Seperti kerajinan kulit umumnya, produk Desa Manding dibuat dari bahan kulit nabati yang dihasilkan lewat teknik tatah timbul.
Tatah timbul kulit adalah teknik mengolah kulit yang tersamak sehingga muncul efek timbul dari permukaan kriya kulit yang dibuat.
Ukiran tatah timbul inilah yang menjadi ciri khas. Jika tidak ada, maka bisa dipastikan itu bukan produksi Manding.
Keunikan lainnya adalah yang proses jahitan yang menggunakan tangan. Ini membuat bentuknya berbeda dengan lainnya.
Asal mula desa Manding memproduksi kerajinan kulit berawal dari seorang warga bernama Ratno dan beberapa temannya yang melancong ke Museum Kereta Kencana di Yogyakarta.
Di sana mereka melihat para pengrajin membuat pelana kuda dan tempat duduk dari kulit. Mereka minta izin untuk ikut belajar membuat kriya seperti itu.
Berbekal dari mengumpul mengumpulkan kulit bekas, Ratno mengajak warga desanya untuk memproduksi beberapa produk kulit seperti ikat pinggang dan tas di awal-awal usahanya.
Hasil produksi kerajinannya kemudian dijual di Pasar Ngasem yang menjadi awal perkenalan para pembeli dengan indahnya kerajinan tangan warga Desa Manding.
Sentra Kerajinan Batik, Giriloyo
Giriloyo adalah dusun yang berada di bawah kaki Perbukitan Imogiri, dekat dengan situs Makam Raja-Raja. Suasananya yang asri di kaki Bukit membawa rasa nyaman dan damai ketika mengunjunginya.
Secara tekstual tidak tertulis kapan pastinya kerajinan batik masuk ke Giriloyo. Merujuk kepada sejarah, kemungkinan sekitar abad ke 17 ketika sebagian besar penduduk menjadi abdi dalem keraton Yogyakarta yang bertugas menjaga dan merawat makam raja-raja.
Beberapa kerabat keraton kemudian memberi pekerjaan kepada masyarakat Giriloyo khususnya ibuibu sebagai buruh nyanthing batik. Dari situlah kemudian kampung Giriloyo selalu memproduksi batik setengah jadi yang kemudian dijual ke juragan-juragan batik di pusat kota Yogyakarta.
Adanya bencana gempa bumi tahun 2006 membuat kegiatan membatik di Giriloyo lumpuh. Atas bantuan LSM, masyarakat memiliki semangat untuk kembali bangkit dan membangun kembali kampung batik.
Dari sini kampung Giriloyo bisa berkembang jauh lebih baik daripada sebelumnya. Kini ibu-ibu tidak hanya menjadi buruh nyanthing batik yang menjual bahan setengah jadi. Lewat banyak pelatihan, mereka bisa meningkatkan kemampuan untuk memproduksi batik jadi dan siap dijual. Ditambah lagi dengan ilmu pemasaran yang memadai, mampu meningkatkan taraf perekonomian hidup mereka.
Saat ini ada belasan kelompok batik tulis di Giriloyo dengan koleksi-koleksi batik yang anggun. Selain sering didatangi pengunjung yang ingin membeli batik, Sentra Batik Giriloyo juga kerap dipenuhi wisatawan yang ingin melihat proses pembuatan batik. Biasanya wisatawan ini berasal dari siswa sekolah, instansi, keluarga, hingga turis mancanegara. Mereka juga bisa belajar membatik secara langsung.
Sentra Kerajinan Keris, Banyusumurup
Keris merupakan salah satu warisan kebudayaan Indonesia yang diakui oleh UNESCO. Keris tidak bisa dianggap sebagai kerajinan biasa, karena pembuatnya harus memiliki keahlian khusus dan masih tergolong keturunan kerajaan.
Salah satu anak mbah Sosro Menggolo yang tekun melanjutkan seni pembuatan keris adalah mbah Djiwo Diharjo. Jika ditarik garis keturunan, ia adalah keturunan ke-19 empu Supondriyo dari kerajaan Majapahit.
Dahulu keris biasa berfungsi sebagai pusaka atau benda magis untuk urusan tertentu. Kini, keris juga dimaknai sebagai sebuah benda seni.
Perkembangan seni pembuatan keris saat ini memungkinkan orang yang bukan keturunan empu juga bisa membuatnya. Masyarakat biasa bisa membuat keris dan asesorisnya, terutama yang dipergunakan untuk hiasan rumah dan pengantin.
Di Dusun Banyusumurup, keris yang diproduksi tidak hanya bilahnya saja tetapi juga bagian warangka dan pendok. Bagi para penggemar keris, Dusun Banyusumurup adalah tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi. Ada banyak ilmu dan pengalaman yang bisa didapatkan dengan bertemu para pembuat keris secara langsung.
Tags: kerajinan yang kulit