"Pembedahan Usus Buntu - Prosedur dan Pemulihan"
Perhatikan pola makan sehari-hari
Selama pemulihan, terutama 7 – 10 hari pertama pasca operasi, Anda sebaiknya menghindari konsumsi makanan yang mengandung gas dan lemak tinggi, makanan yang terlalu padat, makanan yang tinggi akan kandungan gula, serta makanan pedas.
Makanan dengan gas dan lemak yang tinggi seperti gorengan, susu, dan es krim dapat menimbulkan penumpukan lemak pada bagian usus yang diangkat. Makanan jenis ini juga bisa membuat perut merasa kembung dan tidak nyaman.
Makanan yang bertekstur padat turut menjadi pantangan karena akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dicerna.
Sementara itu, makanan dengan cita rasa kuat seperti makanan pedas dan makanan tinggi gula yang juga menjadi salah satu makanan penyebab usus buntu tidak disarankan untuk dikonsumsi karena dapat memicu terjadinya diare.
Cobalah makan makanan yang rasanya cenderung hambar dan bertekstur lembut. Untuk lebih lengkapnya, Anda bisa meminta rekomendasi dari dokter atau ahli gizi mengenai jenis makanan apa yang baik untuk dikonsumsi pasca operasi usus buntu.
Makanlah perlahan dengan porsi yang lebih kecil tapi dengan frekuensi yang lebih sering, misalnya 6 – 8 kali. Cara ini akan membantu Anda dalam peralihan ke pola makan sebelum operasi.
Apa Efek samping atau komplikasi Appendectomy?
Memang prosedur ini terkadang (tidak selalu) berjalan mulus, dan ada faktor penyulit yang menhyertainya, antara lain:
Perawatan luka bekas operasi harus dipastikan bahwa luka kering dan bersih untuk mencegah risiko infeksi. Perawatan luka bisa dilakukan di tenaga kesehatan terdekat atau saat Anda melakukan kontrol ke dokter spesialis Anda.
Segera berkonsultasi lebih cepat apabila didapatkan
- Demam atau menggigil
- Kemerahan, bengkak, perdarahan, atau keluarnya cairan melalui bekas operasi
- Nyeri hebat pada bagian luka
- Muntah
- Tidak dapat makan
- Batuk terus menerus, gangguan bernafas
- Pergerakan usus terganggu lebih dari 2 hari
- Diare cair lebih dari 3 hari
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Operasi Usus Buntu (Appendectomy)
Mendengar kata operasi, bagi sebagian besar orang itu begitu menakutkan, termasuk operasi usus buntu. Mungkin karena membayangan proses yang mengerikan dan takut akan terjadi sesuatu yang tidak-tidak. Saya tidak ingin Anda larut dalam ketakutan lalu menolak prosedur ini, padahal operasi sangat penting dilakukan untuk menyembuhkan penyakit Anda.
Oleh karena itu, mari kita ketahui lebih jauh apa yang dilakukan dokter ketika mengerjakan operasi usus buntu, apa yang perlu Anda persiapkan, kemungkinan komplikasi dan bagaimana perawatan pasca operasi usus buntu serta pemulihannya.
Dalam istilah medis operasi usus buntu dikenal dengan Appendectomy, yaitu suatu prosedur operasi untuk memotong dan membuang appendix (usus buntu). Sebagian besar prosedur ini dilakukan dalam kondisi darurat untuk mengatasi radang usus buntu (apendicitis).
Namun pada sebagian kasus, pemotongan dan pembuangan usus buntu ini dapat dilakukan sekalian ketika operasi perut karena penyakit yang lain, hal ini bertujuan untuk mencegah apendicitis di kemudian hari.
Apendisitis merupakan suatu kondisi di mana usus buntu menjadi meradang. Usus buntu dalam bahasa indonesia disebuat umbai cacing atau usus yang berbentuk kantong (tabung) sebesar kelingking yang buntu atau tertutup pada bagian ujungnya.
Pada kebanyakan orang, usus buntu menjadi meradang karena jaringan yang terinfeksi oleh bakteri, nanah bisa terjadi dalam lumen usus buntu. Penyumbatan mekanis dari apendiks oleh tinja keras, benda asing, atau lendir tebal juga dapat menyebabkan infeksi bakteri.
Lebih lengkap silahkan baca: Penyebab Usus Buntu dan Gejala Radang Usus Buntu Anda akan mengetahui kenapa radang usus buntu harus dioperasi.
Pemeriksaan dan persiapan sebelum operasi usus buntu
Seperti prosedur medis lainnya, Anda perlu periksa ke dokter sebelum menjalani operasi. Pemeriksaan dan konsultasi bertujuan untuk memastikan apakah radang usus buntu itu perlu dioperasi atau tidak, dan jika ya, kapan harus dilakukan.
Saat konsultasi, d okter akan menanyakan riwayat kesehatan Anda dan melakukan beberapa pemeriksaan fisik. Selama pemeriksaan, biasanya dokter akan menekan perut kanan bawah untuk menentukan sumber nyeri perut Anda.
Dokter juga dapat menjalankan tes darah dan USG (ultrasonografi) untuk memastikan gejala tersebut adalah akibat usus buntu. Jika keputusannya adalah operasi, Anda mungkin akan disarankan untuk menjalani tes alergi obat bius sebelum jadwalnya diresmikan.
Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, memiliki alergi obat tertentu, atau sedang menggunakan obat-obatan lain (resep, nonresep, herbal, vitamin, jamu, dst).
Anda kemudian akan diwajibkan untuk berpuasa makan dan minum setidaknya 8 jam sebelum operasi usus buntu dilakukan. Puasa ini dilakukan untuk mengurangi risiko aspirasi, kondisi isi perut masuk yang ke paru-paru. Perut yang kosong juga memudahkan dokter untuk melihat rongga perut.
Manfaat dan Tujuan Operasi Usus Buntu
Operasi usus buntu membantu untuk mengatasi masalah yang ada di usus buntu. Tindakan medis ini memiliki beberapa manfaat, seperti:
- Mencegah peritonitis, komplikasi yang berpotensi fatal.
- Mengatasi nyeri berulang di area tersebut.
- Pendarahan lebih sedikit.
Dokter juga akan melakukan operasi jika infeksi meradang dan membengkak. Caranya dengan mengangkat bagian usus buntu yang mengalami infeksi.
Pengangkatan usus buntu merupakan cara paling tepat untuk mengobati radang usus buntu. Jika tidak, usus buntu bisa pecah. Akibatnya, bakteri dan feses di dalam usus buntu menyebar ke perut.
Pecahnya usus buntu juga dapat menyebabkan infeksi yang berbahaya, contohnya peritonitis atau abses. Keduanya merupakan kondisi yang dapat mengancam jiwa, sehingga membutuhkan pembedahan darurat.
Operasi ini juga bertujuan untuk mengobati dan mengatasi gejala-gejala berikut ini:
- Sakit perut dari pusar dan menjalar ke sisi kanan bawah perut.
- Pembesaran perut.
- Otot perut kaku.
- Kembung atau diare.
- Mual.
- Muntah.
- Nafsu makan berkurang.
- Demam.
Tags: jahit usus