Seni Tenun Ikat Bali - Warisan Budaya dan Karya DIY yang Memukau
6 Kain Khas Bali
1. Endek
Endek adalah salah satu jenis kain tradisional Bali yang terbuat dari serat kapas dan dicelup dengan menggunakan pewarna alami dari daun mengkudu, kulit kayu, dan rempah-rempah. Endek memiliki ragam corak yang khas dan mendalam maknanya.
Kain ini berasal dari daerah Tenganan, Karangasem, Bali. Endek dianggap sebagai kain suci yang memiliki kekuatan magis dan biasanya digunakan pada upacara-upacara adat tertentu.
Fun fact: Endek pernah dipakai dalam salah satu koleksi Dior untuk Paris Fashion Week tahun 2011.2. Songket Bali
Songket Bali adalah salah satu jenis kain tenun khas Bali yang terbuat dari benang emas atau perak. Corak pada songket berasal dari teknik tenun ulir dengan benang logam yang disisipkan pada benang dasarnya.
Songket Bali memiliki keindahan yang memukau dan dihargai tinggi karena keunikan teknik tenunnya. Kain ini sering dipakai dalam acara-acara resmi, upacara adat, maupun sebagai bahan untuk pembuatan pakaian tradisional Bali seperti kebaya Bali.
Fun fact: Songket Bali pernah dipakai dalam pakaian resmi Presiden Joko Widodo saat menghadiri upacara kebesaran di Keraton Yogyakarta.
3. Batik Bali
Batik Bali adalah salah satu jenis kain batik yang berasal dari Bali dan memiliki ciri khas corak geometris yang unik dan berbeda dari batik Jawa. Kain ini terbuat dari bahan katun atau sutra dengan teknik menerapkan malam pada bagian tertentu untuk menghasilkan pola tertentu.
Kain-kain Tenun Khas Bali
Ada beberapa kain tenun khas Bali yang memiliki nilai seni dan sejarah. Berikut beberapa di antaranya:
1. Kain Endek
2. Kain Songket
Memang, dari harga jual, kain songket Bali memiliki angka yang relatif tinggi. Maka tidak heran jika kain ini hanya diperuntukkan saat upacara-upacara besar, seperti pernikahan, potong gigi, dan upacara sakral lainnya.
3. Kain Gringsing
Jenis kain tenun ikat Bali ini juga memiliki nilai seni dan sejarah yang cukup tenar. Bahkan, konon pewarna kain gringsing terbuat dari darah manusia. Meski demikian, belum ada yang berani memastikan bahwa cerita turun-temurun tentang kain gringsing itu benar adanya.
4. Kain Cepuk
Kain tenun cepuk ini bisa Anda temui di Pulau Nusa Penida. Prosesnya mirip dengan kain endek. Umumnya, kain ini berwarna gelap – biasanya hitam – sesuai fungsinya sebagai kain penutup peti jenazah dan kostum tokoh-tokoh jahat dalam cerita pewayangan Hindu di Bali.
5. Kain Kling
Kain ini umumnya berwarna kuning dan beberapa motif kotak kecil, namun memiliki nilai kesakralan yang tinggi. Konon juga punya kekuatan magis. Apa lagi, kain ini juga hanya berfungsi untuk acara keagamaan tertentu di Bali, seperti potong gigi.
6. Kain Gedogan
Gedogan juga menjadi salah satu kain tenun ikat Bali yang memiliki sejarah dan nilai tradisi yang tinggi. Para penenun menggerakkan alat dengan tangan, merapatkan setiap helai benang dengan kayu sisir hingga menampakkan motif berwarna-warni.
Itulah sejarah dan penjelasan kain tenun ikat Bali yang memiliki nilai kesakralan yang tinggi. Sebagian kain tersebut bisa Anda dapatkan sebagai cinderamata, namun ada juga yang punya fungsi tertentu.
Sejarah Tenun Ikat Bali
Sejak awal kehadirannya, kain ini selalu terjaga keaslian tenunannya, bahkan hingga sekarang. Bagaimana prosesnya? Berikut sejarah singkat tenun ikat Bali.
Awal Berkembang
Kain Endek atau tenun ikat ini mulai berkembang sejak tahun 1975. Saat itu masih masa pemerintahan Raja Dalem Waturenggong di Gelgel Klungkung. Awalnya, kain ikat ini berkembang di sekitar daerah Klungkung, salah satunya di Desa Sulang, sampai akhirnya meluas ke sebagian besar wilayah Bali.
Sekitar tahun 1985-1995, kain endek semakin berkembang pesat karena adanya dukungan pemerintah. Sejak awal, pembuatan kain tenun ikat ini menggunakan alat tenun tradisional. Bahkan di era sekarang, masyarakat setempat masih menjaga keaslian produk ini dengan menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM).
Alami Penurunan
Meski memiliki kualitas terjaga, bukan berarti perkembangan kain tenun Bali ini tidak mengalami pasang-surut. Awal 2000-an, kain endek sempat mengalami penurunan. Penurunan produksi kain endek tersebut karena bahan baku yang sulit masyarakat temukan. Selain itu, banyaknya persaingan juga membuat peminat kain tenun Bali ini sempat menurun.
Pasang surut produksi kain tenun ini sempat terjadi kisaran tahun 2008 hingga 2010 lalu. Para penenun mengeluh karena harga benang dan bahan dasar pembuatan kain endek yang mahal saat itu. Dampaknya, mereka tidak dapat memproduksi kain endek yang sesuai dengan permintaan pasar.
Kondisi itu juga membuat para penenun menaikkan harga produk, sehingga permintaan pasar menurun. Namun belakangan, terutama dengan banyaknya masyarakat yang sadar mengenai seni pembuatan tenun, peminat kain ini kembali meningkat.
Apa itu Tenun Ikat?
Sesuai dengan namanya, tenun ikat adalah proses pemintalan benang menjadi kain dengan cara diikat. Ikat sendiri berasal dari Bahasa Melayu yang artinya menyambungkan. Untaian benang saling ditenun dengan cara diikat sehingga membentuk motif yang khas.
Kain tenun ikat banyak digunakan sebagai pelengkap pakaian yang digunakan untuk acara adat. Menariknya, kain tenun ini mengandung beragam makna, nilai, dan kepercayaan.
Misalnya saja, kain tenun gringsing yang diyakini masyarakat Bali dapat menghindarkan dari segala penyakit. Lain lagi dengan kain tenun flores yang memiliki motif belah ketupat, merupakan simbol dari persatuan antara masyarakat dan pemerintah.
Sejarahnya
Kerajinan kain tenun ikat sudah ada sejak zaman nenek moyang dahulu. Konon, banyaknya ragam hias kain tenun dipengaruhi oleh asimilasi dengan kebudayaan bangsa India, Cina, dan Persia yang kala itu berkunjung ke Nusantara untuk misi perdagangan.
Ragam hias yang didapatkan kemudian dikawinkan dengan budaya Nusantara sehingga menghasilkan perpaduan yang memikat. Teknik ikat kemudian mulai menyebar di seluruh daerah di Indonesia seperti Jawa, Bali, Sumatra, hingga Sulawesi. Adapun teknik ikat lungsi tersebar di daerah Sumba, Flores, Pulau Rote, Ndao, Kalimantan, dan Maluku.
Selain itu, ada pula teknik ikat pakan yang tersebar di wilayah Palembang, Sumatra, Gresik, dan Lamongan. Sementara teknik ikat ganda hanya ditemukan di salah satu daerah yakni Bali Timur yang menghasilkan kain tenun gringsing.
Kain Endek Bali: Teknik Pembuatan, Motif, dan Fungsi
Pembuatan kain endek Bali membutuhkan waktu yang lama karena endek dibuat dengan tangan manusia. Baca juga: Cerita di Balik Kain Endek Bali dalam Koleksi Spring/Summer Dior Proses pembuatan diawali dengan pemintalan benang, kemudian pembutan motif dengan cara mengikat benang menggunakan tali rafia.
ANTARA FOTO/NYOMAN HENDRA WIBOWO Foto dirilis Rabu (6/5/2020), memperlihatkan perajin kain endek tradisional melakukan proses pewarnaan motif pada benang di Bali. Usaha pertenunan kain endek yang sempat melorot mulai dibangkitkan kembali seiring dengan target pemerintah dalam memajukan sektor UMKM sekaligus upaya pelestarian budaya.
Kemudian, benang-benang tersebut dicelupkan ke dalam zat pewarna. Proses pencelupan dapat dilakukan berkali-kali sesuai dengan banyaknya warna yang akan digunakan pada motif. Proses selanjutnya adalah benang diangkat dan dikeringkan dan dipisah sesuai pola. Lalu, benang ditenun menggunakan alat tenun bukan mesin. Teknik ikat yang berkembang di Bali adalah teknik single ikat di benang pakan dan double ikat di kedua benang pakan dan lungsi. Dengan proses yang panjang tersebut, maka tak heran jika satu kain membutuhkan waktu pembuatan kurang lebih satu bulan. Sejalan dengan perkembangan pengetahuan masyarakat Bali mengenai endek. Teknik pembuatan motif dengan airbrush. Teknik ini dapat mempersingkat waktu pembuatan, sehingga lebih efisien.
Tags: tenun ikat