...
Proses penenunan dilakukan dengan teknik rangrang, mengunakan alat tenun tradisional berupa gedogan (backstrap weaving), atau biasa disebut dengan nama cagcag oleh masyarakat penenun Seraya Timur. Yaitu dengan cara memutar benang pada lungsi yang sama sebanyak 3-5 balikan sehingga menimbulkan celah.
Untuk membuat kain tenun rangrang dengan lebar 50 cm dibutuhkan sejumlah 59 baris lungsi. Jumlah lungsi tersebut digunakan untuk menghitung pembuatan pola.
Dalam penggunaan teknik rang-rang, untuk memperoleh ujung motif yang lancip maka jumlah lungsi yang dibutuhkan pada saat membuat desain harus berjumlah ganjil. Batas balikan benang pakan pada benang lungsi yang sama maksimal sebanyak enam kali, hal ini dimaksudkan agar kain tidak rapuh.
Demikianlah informasi tentang Tahap pembuatan tenun rangrang khas nusa penida bali. Dibalik keindahan kain tenun rangrang ini tersimpan proses pembuatan yang sangat lama dan rumit. Tak heran jika, harga kain tenun rangrang ini bisa mencapai harga jutaan rupiah. Semoga bermanfaat.
Menurut fungsinya, kain cepuk rangrang ini bisa dibagi menjadi 6 jenis yaitu:
1. Cepuk Ngawis
Kain cepuk ini hanya dikenakan saat menghadiri Upacara-Upacara Pitra Yadnya, salah satu contohnya: Upacara Ngaben atau Kremasi Mayat.
3. Cepuk Liking Paku
Jenis kain cepuk yang dipakai oleh para laki-laki dalam upacara potong gigi.
4. Cepuk Kecubung
Jenis kain cepuk yang dipakai oleh para perempuan dalam upacara potong gigi.
5. Cepuk Sudamala
Kain cepuk biasanya dipakai ketika melakukan ritual pembersihkan diri, seperti: melukat.
6. Cepuk Kurung
Kain cepuk yang biasa digunakan oleh masyarakat dalam hari-hari biasa.
Tenun rangrang dulunya merupakan jenis kain tenun leluhur warga pulau Nusa Penida yang masuk wilayah Provinsi Bali. Kala itu, hampir tidak ada pengrajin yang jual tenun jenis ini bahkan di Bali sekalipun. Pengrajin lebih banyak membuat untuk dipakai sendiri.
Fungsi kain tenun yang berasal dari daerah Bali ini pun sebatas dijadikan sebagai perlengkapan upacara keagamaan pada saat itu. Biasanya, kain ini dikenakan sebagai atasan penutup dada kaum perempuan saat ritual keagamaan.
Seiring perkembangan jaman, jenis kain rangrang yang mulanya hanya diperuntukkan sebagai sebagai pelengkap ritual saja, kini ini banyak dimanfaatkan oleh para pengrajin untuk membuat berbagai macam busana serta produk kerajinan yang bernilai jual tinggi.
Demikianlah informasi tentang keistimewan kain tenun rangrang dari nusa penida, Bali yang perlu anda ketahui. Semoga dapat bermanfaat untuk kita semua. Terima kasih.
Rangrang fabric is dominated by bright and beautiful colors like red, orange, purple, yellow and blue. In the fabric sheets there are appears small slits serve as "air permeability", to allow air to pass through it.
The marketing process of Rangrang fabric is done by selling it to the collectors, and then the collector will sell it to the consumers. Locals only do the weaving process and the rest is done by collector. But, some weavers in Pejukutan Village sell it directly to consumers who come into their activity place.
Rangrang and other traditional woven fabrics such as: endek, cepuk, poleng, keling, geringsing, and songket have been renowned worldwide. For the Balinese, these woven fabrics are not just a piece of plain cloth, but the medium which represents the power of the universe also its manifestations and become the center in the ritual.
This traditional hand woven fabric is greatly adored not only by domestic people but also international. In the hands of experts, rangrang fabric is transformed into gorgeous clothing and amazing artwork. Really worth having!