Seni Benang Raja Kampung - Menggali Kembali Tradisi Sulaman dan DIY
Kampung Adat Prailiu
Kampung berikutnya yang kami kunjungi adalah Kampung Adat Prailiu, sering disebut juga Kampung Raja Prailiu. Kampung ini lokasinya di tengah-tengah kota Waingapu, ibukota Kabupaten Sumba Timur. Tepatnya di kelurahan Prailiu, kecamatan Kambera, hanya sekitar 5 menit saja dari pusat kota Waingapu. Menurut sejarah, Prailiu merupakan ibukota kerajaan Lewa Kambera. Penampakan rumah menara Sumba di kampung adat Prailiu, menaranya tidak terlalu tinggi.
Waktu itu kami mampir ke sini sebelum meneruskan perjalanan ke Bukit Tanarara.
Begitu masuk area kampung ada beberapa kubur batu, yang menurut penjelasan guide, merupakan kuburan raja. Kami diterima oleh Ketua Adat bernama bapak David. Sebetulnya ada nama asli Sumbanya, tetapi saya tidak mencatat.
Dalam struktur masyarakat adat ada yang namanya ketua adat dan ketua kampung. Kami diterima di teras sebuah rumah yang cukup besar.
Ketua Adat dengan ciri khasnya menawarkan sirih pinang sebagai tanda keramahtamahan menerima kami sebagai tamu. Rasanya ada di antara kami yang mencoba mencocol daun sirih ke kapur. Sambil berbincang-bincang menjelaskan kondisi kampung, Ketua Adat dengan bangga menjelaskan bahwa mata pencaharian kampung ini dari tenun ikat.
Memang juga, sambil mengobrol, istri pemilik rumah dibantu beberapa warga menggelar sejumlah kain tenun ikat dan kalung serta gelang khas Sumba.
Tenun ikat Sumba Timur berbeda dibandingkan Sumba Barat.
Motif tenun ikat Sumba Timur lebih rumit dan bercerita. Sebagian besar melambangkan manusia sedang berperang, juga hewan misalnya kuda, ayam, udang, dan lain-lain. Juga lekukan alam, seperti padang savana. Harganya antara 400ribu hingga 7 juta rupiah, tergantung dari bahan bakunya, memakai benang katun atau sutra dan teknik pewarnaannya.
Kampung Adat Ratenggaro
Hari pertama kami mengunjungi Kampung Adat Ratenggaro, terletak di bagian barat daya pulau Sumba. Secara administratif merupakan bagian dari Desa Umbu Ngedo, Kecamatan Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya, berjarak kira-kira 65 km dari kota Tambolaka.
Sebelum memasuki kampung, kami melewati deretan kuburan batu yang dibangun di area luar kampung. Struktur kuburan mirip gardu berukuran 1.5X2X1.5 meter. Bentuknya empat persegi panjang berpintu dan beratap datar. Belum banyak yang saya gali dari sebab-musabab tiap makam dibangun seperti itu. Bang Philus, driver merangkap guide kami hanya sepintas menjelaskan bahwa untuk prosesi pemakaman diperlukan ritual tertentu.
Kami memarkirkan kendaraan kemudian bersiap jelajah kampung. Sebelumnya ada pesan dari Bang Philus agar kami tak memotret kain-kain yang dipajang disisi rumah. Besar kemungkinan kami akan ditagih fee atau diminta membeli sekalian. Memang banyak kain-kain berwarna cerah tergantung disisi rumah.
Anak-anak kecil bergerombol menyambut kami, menandahkan tangan meminta permen. Sebetulnya saya pribadi agak terganggu dengan anak-anak kecil yang terus mengikuti kami meminta permen.
Di sebuah rumah paling ujung, saya dan seorang teman meminta izin ke seorang ibu sepuh untuk melihat ke dalam. Sang Ibu rupanya ibunya kepala kampung, mengizinkan kami masuk. Bau masakan menyeruak ketika kami masuk ke dalam untuk melihat dapur. Sayang, kepala kampung tidak ada di tempat, kalau ada, kan bisa tanya-tanya tentang arsitekturnya.
Di sudut teras depan tersusun deretan tanduk kerbau dan di para-para teras rumah tergantung deretan rahang babi. Selain kuda, kedua hewan tersebut juga merupakan hewan yang bernilai bagi masyarakat Sumba.
Kali Biru Raja Ampat, Birunya Sungai Di Pedalaman Hutan Warsambin
Kali Biru Raja Ampat atau disebut juga Kali Biru Warsambin, salah satu dari sekian keindahan alam yang Tuhan berikan di Raja Ampat. Sebuah kabupaten yang memiliki banyak tempat wisata yang menakjubkan dan sudah diakui dunia.
Beberapa tempat wisata yang ada di Raja Ampat sebut saja Pulau Misool, Star Lagoon, Desa Arborek, Air Terjun Kiti Kiti, Desa Wisata Sauwandarek, Pasir Timbul Raja Ampat dan masih banyak lagi yang lainnya.
Sebuah sungai yang memiliki aliran air yang berwarna biru dan jernih, apalagi suasana di sekitarnya tampak masih sangat alami.
Berikut ulasan Kali Biru Warsambin sebagai referensi awal wisata keren dan menakjubkan di Raja Ampat Papua.
Rumah Menara Di Sumba
Sesuai namanya, rumah Menara di tanah Sumba merupakan rumah tradisional dengan desain bagian tengahnya tinggi ditopang oleh empat kolom.
Rumah Menara dalam bahasa asli suku Sumba bernama Uma Mbatangu, berarti rumah berpuncak. Beberapa wilayah di Sumba menamainya dengan nama-nama berbeda, misalnya untuk rumah menara yang besar dinamai Uma Bokulu atau Uma Bungguru. Ada pula jenis rumah yang atapnya tidak tinggi dinamai Uma Kamadungu, atau rumah botak.
Sama halnya sebagian besar rumah tradisional di Indonesia, kosmologi rumah terbagi tiga bagian yaitu bagian atas (atap) adalah dunia atas (sacred). Bagian badan rumah adalah dunia tengah, tempat aktivitas manusia (profane). Sedangkan bagian bawah merupakan bagian kotor atau dunia sesudah kematian.
Bagian atap pada rumah tradisional Sunda dibuat tinggi melambangkan sebagai ruang komunikasi dengan Marapu. Marapu dalam kepercayaan animisme masyarakat Sumba merupakan roh-roh leluluhur yang mengawasi kehidupan manusia.
Desain rumah menara sederhana, berbentuk segiempat, dengan kolom empat buah sebagai penopang atap bagian tengah. Kemudian melebar dengan ukuran yang kira-kira sama dengan modulnya, sehingga membentuk keteraturan 12 kolom sekeliling rumah. Dinding rumah di keliling bangunan tak berjendela, sehingga bagian tengah rumah gelap.
Bagian tengah di antara keempat kolom tersebut berfungsi sebagai dapur. Menurut filosofi warga Sumba, area ini sekaligus berfungsi menghangatkan rumah.
Rumah tradisional Sumba rata-rata merupakan rumah panggung, dengan bagian bawah rumah sebagai kandang ternak atau menyimpan alat pertanian.
Tags: benang