...
Ulap Doyo merupakan salah satu produk kebudayaan Indonesia yang berasal dari daerah Kalimantan Timur.
Kerajinan Ulap Doyo yang berbentuk kain tenun ini menjadi produk khas yang hanya bisa Kawan temui di daerah tersebut.
Indonesia memang dikenal dengan keberagaman produk kebudayaan yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.
Bahkan, hampir di setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki produk kerajinan khasnya masing-masing, termasuk dalam bentuk kain tenun.
Misalnya Kawan bisa menemui kain tenun Pandai Sikek ketika berkunjung ke Tanah Datar, Sumatra Barat.
Contoh lain juga bisa Kawan temui ketika berkunjung ke Flores, Nusa Tenggara Timur yang juga memiliki kain tenun khas bernama Sikka.
Nah, Ulap Doyo juga menjadi salah satu bentuk produk kebudayaan kain tenun yang bisa Kawan jumpai ketika berkunjung ke Kalimantan Timur.
Tahukah Kawan bahwa produk kerajinan yang satu ini ternyata
Simak pembahasan lengkap tentang Ulap Doyo pada bagian berikut agar Kawan bisa mengenal lebih dalam tentang kain tenun khas dari Kalimantan Timur tersebut.
Jika dirinci secara keseluruha, proses pembuatan ulap doyo terbagi menjadi 20 tahap lho. Tetapi secara garis besar, kain ulap doyo dibuat dengan langkah-langkah berikut!
· Pemanenan daun doyo
Pembuatan ulap doyo dimulai dengan mengambil daun doyo yang sudah setengah tua dan berukuran 1-,15 meter sebanyak 60-100 lembar. Kita hanya boleh memetik 1-3 lembar daun tiap pohonnya. Daun tersebut direndam sampai menyisakan seratnya saja.
· Proses Rorot
Sebelum digunakan untuk membuat benang tenun, daun doyo dikerik atau dirorot. Proses rorot dilakukan di tengah aliran sungai, agar serat doyo tidak kusut dan tidak berubah warna jadi merah atau coklat tua.
· Pengeringan serat
Usai proses perorotan, serat doyo dijemur dengan cara menggantung. Jika benang para proses pengerikan bersih maka hasil pengerikan bersih. Sedangkan air kecoklatan menghasilkan benang berwarna krem.
· Pewarnaan Benang
Selanjutnya benang diwarnai menggunakan bahan alami, seperti:
1. Buah glinggam, kayu oter, dan buah londo untuk warna merah
2. Ekstraks kayu uwar untuk warna coklat
3. Daun putri malu, umbi kunyit dan getah akar untuk warna hitam
4. Daun putri malu juga menghasilkan warna hijau
5. Parutan umbi kunyit menciptakan pewarna kuning pekat
Teknik pembuatan ulap doyo diwariskan secara turun temurun. Uniknya, wanita Dayak Benuaq mampu menguasai pembuatan kain ini secara spontan sejak usia belasan tahun. Mereka hanya melihat proses tenun dari ibu atau sesepuh secara berulang, tanpa proses latihan. Pasti akan sulit menemukan orang yang menguasai proses menenun kain ulap doyo di luar Suku Dayak Benuaq.
Alat yang Digunakan untuk membuat kain doyo
1. Pengament (ikat pinggang)
2. Apit (penggulung kain)
3. Bliraq (penumbuk saat menenun atau parang-parangan)
4. Buyutn disebut juga sisir (merapikan benang lungsin)
Seluruh proses pembuatan dan hasil olah tenun doyo merupakan wujud ekspresi dari keyakinan masyarakat suku Dayak Benuaq, di Kalimantan Timur. Di mana semuanya memiliki makna yang dalam.
Kain ini tidak hanya digunakan oleh laki-laki, tapi juga perempuan suku Dayak Benuaq. Dan penggunaannya juga sangat umum, bisa digunakan sehari-hari dan dalam acara-acara resmi seperti upacara adat dan acara-acara lainnya.
Bentuknya juga menyesuaikan dengan kebutuhan acara. Seperti saat menghadiri upacara adat (kematian, panen hasil bumi dan lain sebagainya), para perempuan Dayak Benuaq menggunakan ulap doyo berbentuk panjang (tapeh) agar bisa bebas bergerak. Desainnya berbentuk sarung yang terdapat belahan di bagian belakangnya.
Jika untuk dikenakan sehari-hari, kain doyo yang dipilih yang berwarna hitam. Sedangkan untuk menghadiri upacara adat, biasanya masyarakat memilih tenun doyo yang berwarna-warni. Pengelompokkan warna juga mengandung makna simbolik tertentu, seperti:
Motifnya juga memiliki nilai estetika dan nilai fungsional tersendiri. Seperti berikut ini penjelasannya menurut Wikipedia:
Kain tenun ulap doyo ini sudah ada sejak lama, sejak berabad abad silam. Ada yang menduga bahwa kain memiliki usia yang sama dengan keberadaan kerajaan Hindu Kutai. Hal ini diperkuat dengan temuan antropologi diantara motif pada tenun ulap doyo dan strata sosial dari masyarakat pemakainya.
Sejak pada masa kerajaan kutai, kain tenun ulap doyo ini sudah sangat terkenal dan terdapat pembedaan sosial berdasarkan kelas dan strata nya. Kain tenun ulap doyo ini dapat digunakan oleh kaum wanita maupun pria.
Kain tenun ulap doyo ini terbuat dari daun doyo yang tumbuh secara liar di pedalaman Kalimantan. Motif yang berada dalam kain ulap doyo ini terinspirasi dari flora dan fauna yang berada di tepi sungai mahakam.
Kain tenun ulap doyo dibuat secara turun temurun dan diwariskan melalui proses yang unik. Kaum wanita dayak benuaq sudah menguasai proses pembuatan dari kain tenun ini pada saat usia belasan tahun secara spontan, tanpa melalui latihan.
Keahlian tersebut didapatkan hanya dengan melihat proses para wanita yang lebih tua secara berulang ulang. Hampir sulit menemukan orang yang menguasai teknik dari kain tenun ulap doyo di luar suku dayak benuaq.
Pada tahun 2013, kain tenun ulap doyo ditetapkan sebagai warisan budaya nasional. Warisan ini menjadi suatu kebanggaan bagi masyarakat Kalimantan Timur. Keberadaan kain tenun ulap doyo juga ada hingga saat ini, terbukti bahwa kain tradisional ini dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat setempat.
Ada banyak keunikan yang bisa ditemukan di setiap daerah Indonesia, seperti misalnya kain tradisional. Salah satu kain khas Kalimantan Timur yang memiliki corak yang unik adalah Ulap Doyo.
Hal ini karena Indonesia menjadi salah satu negara yang terkenal di seluruh dunia sebagai negara dengan keberagaman suku yang sangat banyak.
Kain Ulap Doyo merupakan kain khas Kalimantan Timur dan ia merupakan produk wastra buatan Suku Dayak Benuaq yang mendiami sebagian wilayah Kalimantan Timur.
Oleh karena itu, Ulap Doyo ini sudah menjadi semacam identitas bagi suku tersebut, bahkan untuk provinsi Kalimantan Timur.
Jika Moms ingin tahu lebih banyak mengenai kain khas Kalimantan Barat ini, maka Moms bisa simak ulasan lengkapnya di sini!