Hari Tenun Nasional - Menghargai Seni Tenun dalam Dunia Kerajinan dan DIY
Jaga Kesehatan dengan Konsumsi 8 Minuman Tradisional Indonesia Ini
Seiring berjalannya waktu, pengetahuan bertenun diterima dan berkembang di Indonesia. Perkembangan ini mengarah pada peningkatan mutu, keindahan tata warna, serta motif hiasan.
Penyebaran keterampilan bertenun pun merata ke seluruh wilayah Indonesia. Motif yang terinspirasi berasal dari latar belakang budaya dan lingkungan daerah masing-masing.
Hal ini memperlihatkan variasi yang sangat kaya dan indah. Selain jenis kain yang dipakai, setiap daerah pun memiliki teknik, ragam hias, hingga warna wastra yang bermacam-macam.
Salah satu tenun tertua yang berkembang di Indonesia adalah tenun sekomandi. Tenun sekomandi merupakan warisan leluhur masyarakat Kalumpang-Mamuju di Sulawesi Barat.
Tenun jenis ini juga salah satu tenun tertua di dunia dengan rentang usia lebih dari 480 tahun. Nama tenun ini terdiri dari dua kata yaitu "seko" yang artinya persaudaraan atau kekeluargaan, serta "mandi" yang artinya kuat atau erat.
Secara garis besar, tenun sekomandi bermakna ikatan persaudaraan yang kuat. Setiap corak dan warna benang dari tenun sekomandi mengandung makna spiritual.
Proses pembuatan tenun sekomandi juga cukup unik dan memakan waktu yang lama hingga berbulan-bulan. Tenun ini terbuat dari kulit kayu yang ditumbuk, lalu diolah untuk dipintal.
Bahan itu lalu ditambah pewarna alami, salah satunya cabai yang dicampur dengan pewarna lainnya. Warna tenun sekomandi sebagian besar terdiri dari warna cokelat merah dan krem, dengan didasari warna hitam.
Cerita Akhir Pekan: Sejarah Sarung Indonesia, Simbol Budaya yang Berusaha Mengikuti Zaman
Masuknya sarung ke Indonesia merupakan hasil dari bisnis dan perdagangan, tapi kemudian juga pernah jadi identitas perjuangan.
Diperbarui 26 Mar 2022, 08:31 WIB Diterbitkan 26 Mar 2022, 08:31 WIB
Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan Hari Sarung Nasional pada 3 Maret 2019 di acara Sarung Fest di kawan Gelora Bung Karno, Jakarta. Hari Sarung Nasional memiliki makna sebagai kekayaan budaya yang tidak dimiliki bangsa dan negara lain.
Bagi masyarakat Indonesia, sarung atau kain sarung bukan hanya digunakan sebagai pelengkap untuk beribadah, tapi juga dipakai untuk pelengkap berbusana, selimut ketika tidur, bahkan untuk bermain dan masih banyak lagi.
Sarung tidak mengacu pada satu identitas agama tertentu saja, tetapi dimiliki oleh semua kalangan, sifatnya plural, dan bisa digunakan oleh siapa saja, baik pria maupun wanita. Dilansir dari laman Kemendikbud, sarung muncul di Indonesia sejak abad 14 yang dibawa oleh pedagang Arab dan India. Berdasarkan catatan sejarah, sarung berasal dari Yaman yang terkenal dengan sebutan futah.
5 Wilayah dengan jumlah UMK kain dan tenun terbanyak di Indonesia
5 Kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur jadi pusat UMK Kain dan Tenun Indonesia | Infografik : GoodStats
Dari sekian banyak UMK kain dan tenun di Indonesia, GoodStats merangkum setidaknya ada 5 wilayah dengan jumlah UMK kain dan tenun terbanyak di Indonesia, 5 wilayah tersebut yakni:
1. Kabupaten Pekalongan (15.158 UMK)
Kabupaten Pekalongan memiliki identitas sebagai salah satu daerah pusat perajin batik yang ternyata merambat hingga ke perajin tenun. Salah satu desa di Kabupaten Pekalongan, tepatnya di Desa Pakumbulan, Kecamatan Buaran, terdapat sekitar 100 pengrajin kain tenun yang sudah ada sejak 1980-an.
2. Kabupaten Ende (10.547 UMK)
Kain Tenun Ikat Ende Lio menjadi salah satu kain tenun yang terkenal dari Kota Pancasila ini. Pada umumnya, motif yan digunakan untuk kain tenun Ende dan Lio adalah motif flora dan fauna.
Motif kain tenun yang terkenal di Kabupaten Ende antara lain motif Semba yang merupakan selendang untuk kaum laki-laki, motif Lawo Jara Nggaja untuk sarung bagi kaum perempuan, motif Lawo Pundi yang didasarkan pada motif serangga dan binatang melata, motif Lawo Soke yang dibuat dengan meniru daun sukun yang berdiri, motif Lawo Soke Mata Ria yakni dengan meniru bentuk daun sukun yang berdiri dengan ukuran lebih besar, dan masih banyak jenis serta motif kain tenun di Kabupaten Ende.
3. Kabupaten Manggarai (9.970 UMK)
Songke menjadi nama yang disematkan untuk tenun ikat asal Manggarai dengan salah satu motif khasnya bernama mata manuk yang diartikan sebagai mata ayam.
Motif lainnya yang umum ditemukan sebagai corak Songke, adalah motif Wela Ngkaweng yang mengandung makna bahwa kehidupan manusia yang bergantung pada alam. Lain itu ada motif Wela Runu yang mengandung arti bahwa meski pun tampak tak berarti, namun setiap kehidupan di dunia ini memiliki manfaat.
7. Gringsing
Gringsing atau Wastra Gringsing merupakan salah satu kain tenun Bali yang terbuat dari benang katun dengan berbagai hiasan, di mana dibentuk dengan tenun ikat ganda atau tenun ganda. Caranya, mengikat benang lusi dan benang pakan menjadi satu.
Pembuatannya juga membutuhkan waktu yang cukup lama, yakni satu hingga lima tahun. Kemudian, pembuatan kain tersebut harus dilakukan dengan teknik khusus yang sangat kompleks. Kain tenun yang sudah jadi akan menghasilkan pola geometris yang rapi, serasi, dan sangat indah.
Demikian informasi mengenai kain tenun di Indonesia dan jenis-jenisnya. Kain tenun perlu dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia. (LIA)
Tags: tenun