Kerajinan Jarum dari Aceh - Karya Seni Rajut dan DIY yang Memukau
Ikan Kayu
Ikan Kayu atau lebih dikenal dengan nama Keumamah merupakan hidangan favorit masyarakat Aceh. Makanan ini sering kita temukan di acara keduri ataupun hajatan masyarakat setempat. Tetapi tidak perlu khawatir, wisatawan juga bisa menemukan Ikan Kayu di beberapa kedai yang ada di Aceh.
Hidangan oleh-oleh khas Aceh ini terbuat dari jenis ikan tongkol yanh dikeringkan selama beberapa hari sehingga tidak memiliki kandungan air. Teksturnya pun mirip seperti kayu. Itulah sebabnya disebut Ikan Kayu. Untuk memasaknya menjadi hidangan Keumamah ini yakni menggunakan teknik memasak dengan cara tumis kering basah.
Bumbu dasarnya berupa cabai merah, cabai rawit, bawang putih, bawang merah, ketumbar, jahe, kunyit, batang serai, dan juga air secukupnya. Bahan pelengkap lainnya seperti asam sunti dan belimbing wuluh. Sartu porsi Ikan Kayu ini ditaksir mulai dari Rp 20.000 sesuai dengan harga setiap kedai.
Masjid Baitul Musyahadah
Di Aceh juga terdapat sebuah masjid dengan bentuk kubah yang menyerupai kupiah meukeutop. Namanya Masjid Baitul Musyahadah di Jalan Teuku Umar, Gampong Geuceu Kayee Jato, Kecamatan Banda Raya, Banda Aceh.
Seperti dilansir Serambinews.com, masjid unik ini juga dikenal dengan sebutan Masjid Kupiah Meukeutop atau masjid dan berfungsi sebagai tempat ibadah umat Muslim serta pengajian bagi remaja dan anak-anak. Memang bentuk kubah masjid ini berbeda dari kubah masjid pada umumnya yang berbentuk bulat atau limas. Apalagi warna kubah juga mencolok mengikuti warna kupiah meukeutop.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Kupiah Meukeutop, Kerajinan Tangan Ikon Masyarakat Aceh
Bukan hanya kaya akan kesenian dan budaya, Indonesia juga kaya akan kreativitas sumber dayanya, termasuk soal pembuatan kerajinan tangan. Banyak daerah di Indonesia memproduksi kerajinan dengan cara tradisional, mulai dari produk anyaman, batik, tenun, ukiran kayu, patung, topeng, keramik, wayang, gerabah, dan masih banyak lagi.
Setiap kerajinan tangan hasilnya bisa berbeda tergantung dari daerah mana benda tersebut dibuat. Sebab biasanya ada ciri khas tersendiri yang jadi identitas sebuah daerah dan berkaitan dengan budaya, tradisi, dan adat-istiadat masyarakat setempat.
Jenis kerajinan tangan buatan dalam negeri sangat beragam dan beberapa di antaranya sudah menembus pasar internasional. Tentunya hal ini jadi sebuah kebanggan sekaligus menjadi tugas kita bersama untuk melestarikan produk-produk buatan anak bangsa.
Di Aceh, ada sebuah kerajinan yang juga menjadi ikon kota tersebut, yaitu kupiah meukeutop. Aksesori serupa topi atau penutup kepala tersebut biasanya digunakan para pria sebagai pelengkap pakaian adat dan dipakai dalam upacara adat.
Filosofi kupiah meukeutop
Kerajinan kupiah meukeutop sudah ada sejak zaman kolonial Belanda dan dulu juga dikenal dengan sebutan kupiah tungkop karena berasal dari daerah pemukiman Tungkop di Kabupaten Pidie. Pada masa Kesultanan Aceh, kupiah ini digunakan oleh para sultan dan ulama. Ada pula jenis kupiah riman yang dipakai oleh para bangsawan dan masyarakat biasa.
Ciri khas kupiah ini adalah bentuknya yang tinggi, lonjong, dan dihiasi lilitan kain sutra berbentuk segi delapan atau biasa disebut tengkulok. Umumnya kupiah meukeutop dibuat dari kain berwarna dasar merah dan kuning yang dirajut menjadi satu dan berbentuk lingkaran.
Untuk bagian bawah kupiah, ada motif anyaman kombinasi warna merah, kuning, hijau, dan hitam. Di tengahnya juga terdapat anyaman serupa tetapi dibatasi dengan lingkaran kain hijau di atas dan kain hitam di bawah. Bila diperhatikan lebih detail, Anda bisa melihat bentuk “lam” dengan huruf hijaiyah di lingkaran kepala bagian bawah.
Segala warna yang ada dalam kupiah meukeutop juga memiliki makna masing-masing. Misalnya warna merah sebagai lambang jiwa kepahlawanan, hijau pertanda agama, hitam melambangkan ketegasan atau ketetapan hati, kuning merupakan simbol negara atau kerajaan, dan putih bermakna kesucian atau keikhlasan.
Evi Mayasari selaku Kepala Bidang Sejarah dan Nilai Budaya Disbudpar Aceh mengatakan bahwa penetapan kupiah meukeutop sebagai Warisan Budaya Tak Benda ini menambah daftar Warisan Budaya Nasional Aceh menjadi total 40 karya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Jamaluddin, mengatakan bahwa Program Penetapan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTB Indonesia) ini menjadi salah satu upaya perlindungan bagi karya budaya bangsa Indonesia yang tersebar di berbagai daerah.
Tags: kerajinan dari aceh