Seni Tenun Ikat - Makna dan Keindahan dalam Kerajinan Tangan dan DIY
Proses Pembuatan Tenun Ikat Lungsi
Pada teknik ikat lungsi, benang pakan berwujud benang polos satu warna. Sedangkan benang lungsi sudah mempunyai corak yang dibuat sebelum dipasang di alat tenun.
Sebelum ditenun, benang lungsi diikat sesuai pola lalu dicelupkan ke dalam cairan pewarna. Semua bagian benang akan berubah warna kecuali bagian yang diikat tali. Bagian benang lungsi yang terikat tali itu tidak tersentuh pewarna sehingga saat ikatan tali dibuka, warnanya tidak berubah.
Berikut ini adalah 6 tahapan dalam pembuatan kain tenun ikat lungsi yang perlu ada ketahui
1. Proses Plangkan
Proses ini dilakukan dengan menyusun benang dari bentuk streng atau kones ke dalam plangkan. Pada saat bersamaan benang-benang tersebut sudah dikres atau disilangkan, agar pada saat proses penenunan benang-benang tersebut dapat menganyam benang pakannya, mengingat benang yang tersusun dalam plangkan adalah benang yang akan digunakan sebagai benang lungsi.
Proses plangkan sering juga disebut proses ngeteng, proses ini harus dilaksanakan dengan cermat. Jika salah dalam menghitung benang maka hasil motif tidak akan sesuai dengan desain yang akan diwujudkan. Proses ini masih manual, kalau tidak hati-hati resiko benang putus dan benang kusut sangat memungkinkan.
2. Proses Pengikatan
Pengikatan dilakukan mengikuti pola atau motif yang sudah digambar. Dulunya tali yang digunakan untuk mengikat adalah daun kelapa atau lontar yang masih muda, direbus dulu sebelum untuk mengikat. Saat ini lebih mudah karena menggunakan tali rafia.
Ikatan yang bagus adalah ikatan yang tepat pada garis pola dan ikatannya padat, sehingga warna tidak tembus pada benang yang sudah diikat. Memola dilakukan dengan kuas dan pewarna Indanthren dengan cara memberi garis sebagai tanda atau batas yang harus diikat nantinya.
3. Proses Pewarnaan
Dilakukan untuk mendapatkan warna pada benang yang nantinya akan ditenun. Dalam proses pewarnaan, resep warna dibuat dalam satu pak benang 6 ikat terdiri dari 25 sampai 26 streng benang. Benang-benang yang akan diwarna tersebut disusun dalam stok, dan dalam satu stok terdiri dari 2 ikat. Zat warna yang dapat digunakan bisa dengan warna alam maupun sintetis. Cara pewarnaan dengan pewarna napthol adalah sebagai berikut:
BacaJuga
Proses pembuatan tenun ikat Lio unik, membutuhkan ketekunan dan kesabaran dalam proses pembuatannya.
Bahan tenun berasal dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam pewarna alam.
Pada masa lampau sebelum Indonesia merdeka, tenun ikat dijadikan alat tukar atau barter antara suku Lio pesisir pantai selatan dengan suku Lio di pedalaman.
“Pada masa lampau terjadinya barter antara barang dengan barang yang wilayah selatan siapkan kain dan yang di pegunungan siapkan padi umbi umbian. Sebaliknya wilayah pedalaman tidak bisa siap garam,di pantai siapkan garam,” kata Bapak Bernadus (Mosa Laki), penghuni rumah adat Sao Ata laki kepada KatongNTT.
Masyarakat etnis Lio juga terbagi atas geografinya, yakni yang tinggal di pesisir pantai dan pedalaman. Mereka memegang teguh perjanjian yang dibuat leluhur bahwa pembuatan tenun ikat terlarang bagi etnis Lio pedalaman.
Tradisi menenun hanya dilakukan etnis Lio pesisir seperti Nggela dan Ndona.
Tenun ikat etnis Lio umumnya berwarna dasar merah tua kecoklatan. Tenun dengan berbagai motif ini dipakai sebagai sarung untuk laki-laki yang dinamai Ragi dan sarung untuk perempuan diberi nama Lawo.
Pada kain tenun untuk pria Ende dan Lio biasanya berwarna dasar hitam atau biru kehitaman, mempunyai jalur-jalur yang jelas sepanjang lungsin. Lajurnya mendatar dan disebut Ragi atau Luka.
Motif untuk tenun ikat bagi perempuan Ende dan Lio berupa flora dan fauna. Seperti kuda, daun, burung, lalat atau sayap lalat yang disebut lawo/zawo.
Sedangkan untuk kain dan selendang didominasi oleh motif bunga yang diselingi garis hitam kecil di antara motif-motifnya dengan rumbai-rumbai pada bagian ujung kain.
Tags: tenun pengertian ikat