Seni Menyulam - Panduan Memilih dan Menggunakan Jarum untuk Merenda
Reaksi Tubuh Saat Akupuntur
Ketika dilakukan penusukan di titik akupunktur, tubuh pasti akan bereaksi. Sekali tusuk, dua puluh dua reaksi dalam tubuh terjadi. Reaksi itu di antaranya rasa nyeri, bengkak, kemerahan, juga rasa hangat. Reaksi kemerahan di sekitar titik yang ditusuk menunjukkan adanya pelebaran pembuluh darah.
Proses yang terjadi pada tindakan tusuk jarum adalah merangsang sistem saraf untuk melepaskan zat-zat kimia dalam otot, urat saraf tulang belakang, dan otak. Zat-zat kimia itu di antaranya akan mengubah rasa sakit, memicu pengeluaran zat kimia dan hormon yang memengaruhi sistem internal tubuh.
Dengan membaiknya keseimbangan energi dan biokimia dalam tubuh, kesehatan fisik dan emosional pun menjadi baik.
Pada kondisi normal, kulit yang ditusuk dengan jarum biasa akan merasakan sakit. Sebaliknya, kalau dengan jarum akupunktur, rasa sakit tidak akan terasa dan menimbulkan rasa hangat.
Perlu diketahi, panjang jarum akupunktur beragam, mulai dari 1,3 cm hingga 10,2 cm. Demikian juga diameternya, 0,24 mm sampai 0,45 mm. Jarum paling panjang digunakan untuk menusuk bagian bokong.
Jarum-jarum tersebut juga terbuat dari logam yang berbeda-beda. Kini, hampir semuanya terbuat dari stainless steel. Jarum akupunktur tidak menularkan penyakit, yang bisa menularkan penyakit AIDS atau penyakit lain adalah jarum suntik. Bagian dalam jarum suntik berongga sehingga ketika jarum disuntikan dan kemudian ditarik lagi, ada darah atau serum yang terikut.
Nah, kalau jarum ini dipakai ulang, orang lain berpeluang untuk tertular. Sedangkan jarum akupunktur tidak berongga. Kalau ditusukkan kemudian dicabut lagi, tak ada darah yang terikut. Jarum akupunktur dijamin aman dengan jarum disposible (sekali pakai) atau sterilisasi yang akurat.
Efektif atau tidaknya suatu pengobatan bergantung kepada cara memandang pengobatan tersebut. Selalu konsultasikan dengan dokter mengenai keluhan dan jenis pengobatan yang akan dilakukan.
Jarum Knit / Knitting Needle / Breien
Jenis yang kedua adalah jarum rajut untuk knitting, bahasa Inggrisnya adalah knitting needle. Jarum knit ini populer juga dengan sebutan “breien”. Breien ini memiliki ujung yang runcing, tapi tidak seruncing jarum untuk menjahit. Bisa dikatakan runcing tapi tumpul. Jarum breien ini umumnya lebih panjang daripada hakpen, pun ukurannya sangat bervariatif, mulai 1,25 mm hingga 20 mm. Bahan jarum knit ini yang umum adalah besi, aluminium, bambu dan plastik. Berbeda dengan hakpen, satu ukuran breien ini terdiri dari dua buah jarum (atau lebih) yang digunakan secara bersamaan, dipegang oleh tangan kanan dan kiri (Anda bisa juga merajut pakai kaki, kalau bisa :D). Sedangkan pada crochet, satu tangan memegang jarum, tangan satunya memegang benang.
Tipe jarum knit ini terbagi menjadi tiga, yaitu, single pointed (satu ujung runcing), double pointed (dua ujung runcing) dan circular (melingkar). Pada jarum knit single pointed, satu ujungnya runcing, sedangkan ujung lainnya berbentuk bulat besar (atau bentuk lainnya) yang lebih besar daripada diameter jarum untuk mencegah benang selip/tergelincir.
Jarum knit double pointed adalah yang tertua, di mana tiap ujungnya runcing. Tipe yang terakhir adalah yang paling baru, circular needle. Tipe circular ini hampir sama dengan double pointed, hanya saja kedua jarum dihubungkan dengan sebuah bahan lentur seperti benang atau yang paling umum adalah seperti selang air.
Masing-masing tipe jarum knit yang tersebut di atas memiliki kegunaan dan kelebihan masing-masing tergantung pada kreasi rajutan yang sedang dihasilkan.
Fun fact: Jarum knit terbesar di dunia memiliki diameter 6,5 cm dengan panjang 3,5 m! Dibuat oleh Julia Hopson berkebangsaan Inggris.
Jarum/Alat Rajut Lainnya
Selain jarum-jarum yang disebutkan di atas, ada juga tipe jarum yang menggunakan teknik berbeda seperti jarum Tunisian. Jarum Tunisian atau Tunisian hook ini lebih panjang dari hook biasa, bahkan yang panjang sekali menggunakan tali sebagai ‘perpanjangan’ dari jarumnya seperti Jarum Rajut Tunisian Bambu Panjang. Bahannya kebanyakan terbuat dari aluminium atau bambu. Teknik merajutnya pun sedikit berbeda dengan crochet hook biasa.
Dari kreativitas penekun rajutan akhirnya juga memunculkan beberapa model jarum/alat rajut baru seperti misalnya Knook (singkatan dari Knitting with hook), yang merupakan perpaduan dari knitting dan crochet. Ada juga CroKnit (yang ini Maya Crafts belum punya) berupa double pointed hook yang pada dua ujungya terdapat kait dengan ukuran yang sama.
Selain menggunakan jarum (plus skill), merajut bisa juga tanpa jarum dan tanpa skill! Yaitu dengan menggunakan knitting loom. Knitting loom ini belum begitu populer di Indonesia. Knitting loom ini biasanya berbentuk kotak persegi panjang atau lingkaran yang pada kotak atau lingkaran ini ada pasak-pasak (peg) untuk “mencantolkan” (apa ya bahasa Indonesianya?) benang. Sedemikian rupa hingga menjadi rajutan. Dari knitting loom ini pun bisa untuk membuat macam-macam produk seperti topi, syal, kaos kaki, selimut, sarung tangan dkk.
UPDATE 20-09-2017 (dari FB Page Maya Crafts)
Rajuter penting untuk memahami masalah ini.
Tahukah Anda bahwa crochet hook dan jarum knitting yang beredar di pasaran memiliki standar ukuran yang berbeda-beda? Paling tidak ada tiga standar ukuran yang banyak ditemui di Indonesia, yaitu metric (mm), Jepang, dan US (Amerika Serikat).
Hakken merk Rose yang banyak beredar di Indonesia itu menggunakan ukuran Jepang, 3/0, 4/0, 5/0 dst. Demikian juga merk seperti Hamanaka, Clover (versi jepang), Tulip dll. Sedangkan hook buatan China kebanyakan menggunakan ukuran metric (milimeter).
Jadi, ukuran 4/0 ≠ 4.0 mm (lihat tabel), tapi 4/0 = 2.50 mm dst. Jadi, penting untuk memperhatikan standar ukuran ini ketika ingin membeli atau menggunakan sebuah hook.
Tags: untuk jarum